INFO MARKAS

Melawan Rasa Takut, Demi Donor Darah

“Takut Jarum Suntik” adalah salah satu alasan yang dominan muncul ketika kita mengajak orang lain untuk donor darah. Ada yang bilang sejak dulu sudah takut jarum suntik, ada yang bilang jarum untuk donor darah besar sekali dan berbagai alasan lainnya. Meskipun mulut kita berbusa-busa menjelaskan manfaat donor darah dan banyaknya permintaan transfusi darah tapi terkadang mereka tetap saja bersikeras untuk tidak donor darah. Tapi tidak ada yang sia-sia, kali ini kita akan sedikit bercerita tentang sosok yang awalnya terlihat begitu keras kepala dan akhirnya menjadi indpirasi untuk tulisan kali ini.

Saat itu, suasana stand donor darah sangat sepi, padahal begitu banyak orang lalu lalang di sekitarnya. Setiap kali kami mencoba untuk menawarkan selalu saja berbagai alasan penolakan yang terdengar, yah tentu saja alasan “takut jarum suntik” selalu ada. Saat sedang putus asa-putus asanya seorang cewek dan cowok berjalan ke arah stand donor darah. Rasanya seperti tuhan mengirimkan semangat untuk terus bekerja melalaui dua orang ini. Awalnya kami semua mengira yang akan donor darah adalah si cowok karena badan si cewek terlihat kurus. Tapi sesampainya di stand ternyata yang ngebet mau donor darah adalah si cewek. Bahkan saat pemeriksaan Hb dan Tensi dia berulang kali mengucapkan kalimat begitu berharap untuk bisa donor darah. Sementara si cowok ternyata hanya diam berdiri menatap ngeri. Salah satu dari kami mengambil kesempatan untuk membujuk si cowok untuk donor darah.

“Terima kasih, saya takut jarum suntik.” Ujar si cowok.

Ini bukan penolakan donor darah pertama bagi kami, jadi kami terus berusaha mengajaknya dengan berbagai cara. Menjelaskan manfaat donor darah bagi kesehatan, betapa dibutuhkannya darah bagi para pasien yang bergantung pada transfuse, donor darah tidak akan membuat gemuk pingsan sampe kalimat-kalimat yang agak menyinggung seperti menjatuhkan dia sebagai cowok karena takut jarum suntik. Tapi si cowok tetap bersikeras untuk tidak donor darah.

“Setelah ini saya masih harus bekerja, kalo saya donor darah bisa-bisa saya pingsan” ujar si cowok.

Tapi kami tidak henti-hentinya membujuk, bahkan orang-orang PMI yang bertugas juga ikut mebujuk si cowok tapi dia tetap bersikeras.

“Nanti sajalah, belum terpanggil hatiku” Jelas si cowok menanggapi bujukan kami.

Entah kenapa kami tak putus asa untuk membujuk, seolah percaya kalo dia akan luluh dan donor darah, sayangnya sampai si cewek selesai donor darah, si cowok tetap tidak mau.

“Nanti saja, klo saya mau saya akan datang sendiri ke sini “ kata si cowok sebelum pamitan untuk kembali bekerja.

Namun, beberapa menit setelah mereka berdua pergi dari stand mereka kembali dan si cowok menyatakan siap untuk donor darah. Meskipun rada-rada ketakutan, tapi dia tidak mengurungkan niatnya.

“Ya Allah, jarum suntik ini benar-benar masuk ke kulit ku” teriaknya ketika petugas aftaf mulai memasukkan jarum.

Ketika ditanyakan bagaimana rasanya, dia menjawab ternyata tidak sesakit yang saya bayangkan, hanya sakit sedikit di awal setelah itu sudah tidak terasa apa-apa. Bahkan sampai selesai donor darah si cowok mengaku tidak merasakan pusing atau apapun dan dia berjanji akan donor darah tiga bulan ke depan.

Kalo orang ini bisa, knapa kalian tidak ?

Semoga dengan membaca tulisan ini orang-orang yang takut donor darah bisa semakin membuka mata dan sadar bahwa donor darah tidak semengerikan yang terpikirkan di kepala mereka. Sesuatu yang mereka takutkan, di tempat lain adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan untuk melanjutkan nafas kehidupan. (EL)

Lawan ketakutanmu, tunjukkan kepedulianmu..
Let’s Donate Your Blood J

Ini dia eksresinya pas donor darah


 
Back To Top