INFO MARKAS

Share Your Mind #23 "SEKALI, BEBERAPA KALI, SERINGKALI, BERKALI-KALI"

Oleh :  M.Zein Imam Pratama dan Amir Wiliam Andal Syamsi Lewa
PMR SMA Negeri 2 Makassar


Remaja adalah usia dimana manusia menginjak masa yang serba tanggung dan masa dimana remaja mampu memilah dan mengolah kecerdasan. Menurut Zakiah Derajat, “Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa artinya meninggalkan masa kanak-kanak menuju dewasa. Ibarat lagu anak-anak adalah intronya, remaja pembukaan dan reffnya adalah kedewasaan. Jadi untuk menuju reff atau klimaks perlu memilih nada yang indah guna membantu keindahan reff  lagu dengan pola kecerdasan yang tentu bisa berada pada nada yang tepat. Jadi remaja adalah masa dimana kecerdasan harus terolah dengan baik.
Mengukur tingkat kecerdasan tidaklah rumit juga tidak semudah membalikkan telapak tangan. Pasalnya remaja harus mampu mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, selain itu remaja yang mesti cerdas menempatkan sesuatu pada tempatnya. Cerdas adalah mengetahui baik dan buruk, tapi apakah setelah itu remaja mampu menempatkan sesuatu pada tempatnya?. Kita lihat beberapa contoh kasus. Seorang remaja berbicara kepada orang tua dengan gaya bahasa yang sama dengan teman sebayanya. “mdd. Mama, minta dule uangmue” atau “cepat-cepat saiko pak?”menurut orang Makassar & Bugis, dengan pemilahan kata KO dan MU sangatlah tidak tepat jika kita berbicara dengan orang tua, akan lebih akrab jika itu kita tempatkan pada seseorang yang tepat itulah teman sebaya kita. Untuk itulah remaja mesti membangun dirinya dengan menggali potensi yang ada, dengan cara giat mengasah kemampuannya dan  memperoleh pengetahuan dan informasi dari luar.
Seorang remaja seharusnya sudah dapat menentukan pilihannya sendiri. Meski begitu, remaja juga belum memiliki pemikiran dewasa yang tahu lebih banyak asam garam dunia, Selain itu remaja kerap dikatakan masa dimana rasa ingin tahu, rasa ingin memiliki dan idealisme yang tinggi. Hal itulah menyebabkan banyak remaja yang salah mengambil sikap. Remaja-remaja yang seharusnya memiliki pribadi yang luhur justru melakukan hal-hal merugikan bagi hidupnya maupun orang lain. Karena banyak yang tidak mengetahui sebab akibat dari rasa ingin tahu,rasa ingin memiliki dan idealisme. Rasa ingin tahu, ingin tahu bagaimana itu rokok, miras, obat-obatan terlarang, balapan liar dan masih banyak lagi. Ingin memiliki apa yang belum dimiliki bahkan ingin memiliki barang yang diluar dari batas kemampuannya untuk membeli. Dan terakhir, idealisme. Dimana remaja saat ini dirusak oleh doktrin film yang kurang mendidik atau sosial media yang terlalu transparan, fulgar bahkan sadis.
Rasa ingin tahu yang semula bersifat wajar semakin tidak terkendali karena rasa ingin tahu kemudian berevolusi menjadi rasa ingin coba-coba kemudian ingin memiliki setelah itu muncullah beberapa sikap diluar kewajaran yang menjadi pilihan dalam bertindak. sebutlah ia merokok, minum miras, dan mengkomsumsi obat terlarang, sekali, berulangkali sampai berkali-kali. Beberapa alasan semua itu terjadi adalah merokok dianggap lebih maskulin,lebih maco, keren jika minum miras, gaul jika mengkomsumsi obat, hebat jika ugal-ugalan. Sayang...!
Kali ini mari kita coba membuat perjalanan masalah.”merokok di upgrade dikit boleh, mari coba minum bir, ballo. Wah segelas bikin badan rileks dua gelas bikin percaya diri tembak cewe, satu botol habis, ta’gantung rasanya. Minta uang sama teman buat tambah sebotol lagi, eh malah tidak dikasi, bikin emosi, dipaksa saja, kalau tidak mau, gertak!!!,gertak tidak ampuh selesaikan dengan memukul, pukulan belum berpengaruh akhiri dengan merampas setelah itu kabur. Ya namanya juga kabur mesti tancap gas sekencang-kencangnya”. Hal ini terjadi sekali, berulangkali, berkali-kali nah barangkali inimi yang kronologisnya GENK MOTOR SANG PERESAH MASYARAKAT. Lebih sayangnya lagi, hal itu kerap terjadi di daerah sekitar kita makassar tercinta, dan lebih disayangkan pula pelakunya dominan adalah usia remaja. Sungguh ini merupakan aksi kenakalan remaja yang menyimpang dikalangan masyarakat khususnya masyarakat di makassar.
Ya… Genk motor atau yang biasa di kenal dengan begal, belakangan ini semakin menjadi-jadi. Geng motor nekat melakukan aksi brutal seperti membunuh atau memperkosa korban. Sampai saat ini, korban aksi geng motor atau begal ini sudah mencapai ratusan korban. Bagaimana tidak? Selain menggunakan senjata tajam mereka juga menggunakan “busur” (berbentuk anak panahan) yang biasa di isi dengan racun. Hal ini membuat masyarakat kota Makassar merasa resah. Sekitar jam sepuluh malam masyarakat sudah tidak berani lagi untuk keluar dari rumah. Nah… kita kembali ke pokok masalah, masalah geng motor berawal dari moral diri kita sediri.
Kita yang memutuskan untuk mengikuti langkah tersebut atau tidak. Kita juga yang dapat memilih jalan dari hidup kita, dengan usaha dan kerja kita. Tapi menurut kami terkadang banyak orang yang memandang remeh pendidikan moral sehingga bebas memilih teman tanpa mempertimbangkan moral dari teman tersebut. Kurangnya pendidikan moral-lah yang bisa mengakibatkan pergaulan bebas dan pergaulan bebaslah yang banyak memicu aksi-aksi kenakalan remaja seperti beberapa kasus diatas. Pergaulan bebas yang didukung oleh perkembangan zaman, bisa dikatakan sudah tidak ada batasnya lagi, dapat  memicu berbagai hal yang dapat merugikan masyarakat maupun diri senidiri.

Beberapa kasus diatas itu terjadi karena kurangnya pendidikan moral, dan dalam pendidikan moral betul-betul dicanangkan berbagai macam olahan untuk mengolah pikir atau kecerdasan intelegensi, emosional dan spritual. Jika tidak maka kedepan besar kemungkinan banyak perilaku-perilaku penyimpangan yang terjadi akibat pergaulan bebas. jika seandainya pergaulan bebas adalah sebuah negara, maka pergaulan bebas adalah provinsinya minuman beralkohol, rokok, obat-obatan terlarang, judi, balapan liar dan lainnya adalah kabupatennya dan desa-desanya adalah mabuk, seks bebas, pengidap HIV/ AIDS, begal, merampok, memperkosa, membunuh dan masih banyak lagi. Tentu rumah-rumahnya adalah rumah sakit, penjara, dan kuburan.

7 komentar :

 
Back To Top