Remaja
saat ini sudah tidak malu-malu lagi berhubungan seks meski belum
menikah. Bahkan, tanpa rasa risih sedikitpun. Berdasarkan hasil temuan
resmi, kini usia anak pacaran semakin muda dibanding 10 tahun yang lalu.
Parahnya, perilaku pacaran anak sekarang semakin agresif, sudah
mengarah berhubungan seks. Berdasarkan kutipan data-data dari berbagai
sumber, termasuk data resmi yang dikeluarkan oleh lembaga bentukan
pemerintah, yakni Komisi Nasional Perlindungan Anak, remaja putri
tercatat 62,7 persen sudah tidak perawan. Sedangkan 21,2 persen dari
para ramaja putri tersebut mengaku pernah melakukan aborsi. Angka ini
diambil dari 4.726 responden siswa SMP/SMA di 17 kota besar. Menurut
data tersebut, perilaku seks bebas remaja tersebar hampir merata di kota
dan di desa dengan ekonomi kaya dan miskin. Para remaja putri tersebut
mengaku melakukan hubungan seks pranikah dengan tanpa alat kontrasepsi.
Dari 100 remaja putri pelajar dan mahasiswa hasilnya 80 persen remaja
melakukan atas dasar suka sama suka, 10 persen yang melakukan karena
tidak mau dikatakan kurang pergaulan, dan 10 persennya lagi melakukan
karena atas dasar sayang kepada sang pacar.
Fakta
ini menjadi kuat dengan disertasi Direktur Rumah Sakit Ibu Anak Siti
Fatimah, dr Leo Prawirodihardjo yang melakukan penelitian ‘Perilaku Seks
Bebas Remaja di Kota Makassar’. Kota Makassar sebagai kota metropolitan
makin marak dengan perilaku seks bebas. Indikasinya jelas, dari hampir
4.000-an penderita AIDS di Sulsel, sekitar 3.134 penderita atau sekitar
80 persen berada di Kota Makassar. Bahkan Kota Makassar, disebut masuk
peringkat tiga kota penderita HIV/AIDS tertinggi di Indonesia, setelah
Jayapura dan Jakarta.
Mantan
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Soppeng ini meraih IPK 3,62 usai
melakukan ujian promosi doktor di Aula lantai 5 Kampus Program
Pascasarjana (PPs) UNM. Dalam disertasinya, ia mengungkapkan perilaku
seks bebas dikalangan remaja saat ini sangat memperhatinkan. Olehnya
itu, peran orang tua dengan melakukan langkah preventif diharapkan dapat
menekan perilaku tersebut. Menurutnya, perilaku seks bebas di kalangan
remaja dilatarbelakangi banyak faktor, yakni kontrol sosial yang keliru,
yaitu kontrol yang terlalu ketat atau terlalu bebas, intensitas
pertemuan remaja yang sedang menjalin hubungan asmara yang terlalu
sering, pihak keluarga yang tidak siap dalam mendidik anak memasuki fase
remaja dan status ekonomi serta pengaruh dari lingkungannya yang
termasuk teman-teman sebayanya.
Hal
yang paling berpengaruh sebenarnya adalah peran orang tua yang kurang
mengontrol anak-anak remajanya dalam bergaul. Itu adalah kesalahan yang
paling fundamental. Di Makassar perilaku seks bebas remaja presentasenya
sudah sangat tinggi yang juga memicu penyebaran virus HIV AIDS di kota
Makassar secara endemik. Jumlah penderita HIV AIDS di Makassar tiap
tahun selalu saja meningkat yang didominasi remaja. Menurutnya, untuk
mengetahui perilaku seks bebas remaja dapat diketahui dengan empat
indikator pengukur yakni ruang lingkup pengetahuan, lingkungan sekolah
dan tempat tinggal mereka, harmonisasi keluarga dan norma sosial.
Ada
beberapa upaya yang harus dilakukan dalam mengatasi dan mencegah
perilaku seks bebas di kalangan remaja, yaitu sebagai berikut :
- Perlunya kasih sayang dan perhatian dari orang tua dalam hal apapun, dan harus menjadi tempat CURHAT yang nyaman untuk anaknya sehingga dapat membimbing ketika ia sedang menghadapi masalah.
- Adanya pengawasan dari orang tua yang tidak mengekang. contohnya: kita boleh saja membiarkan dia melakukan apa saja yang masih sewajarnya, dan apabila menurut pengawasan kita dia telah melewati batas yang sewajarnya, kita sebagai orangtua perlu memberitahu dia dampak dan akibat yang harus ditanggungnya bila dia terus melakukan hal yang sudah melewati batas tersebut.
- Biarkanlah dia bergaul dengan teman yang sebaya, yang hanya beda umur 2 atau 3 tahun baik lebih tua darinya. Karena apabila kita membiarkan dia bergaul dengan teman main yang sangat tidak sebaya dengannya, yang gaya hidupnya sudah pasti berbeda, maka dia pun bisa terbawa gaya hidup yang mungkin seharusnya belum perlu dia jalani.
- Pengawasan yang perlu dan intensif terhadap media komunikasi seperti tv, internet, radio, handphone, dll.
- Perlunya bimbingan kepribadian di sekolah, karena disanalah tempat anak lebih banyak menghabiskan waktunya selain di rumah.
- Perlunya pembelanjaran agama yang dilakukan sejak dini, seperti beribadah dan mengunjungi tempat ibadah sesuai dengan iman kepercayaannya.
- Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
- Kemauan orangtua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja.
- Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul.
- Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.
- Lembaga-lembaga pemerhati remaja sebaiknya melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah untuk memperkenalkan seks bebas dan bahayanya. Agar remaja mengetahui dampak dari perilaku seks bebas yang dilakukan. Karena biasanya remaja melakukan perbuatan yang menyimpang atas dasar mencoba-coba. Kurang pengetahuan tentang perilaku-perilaku menyimpang termasuk seks bebas yang terjerumus kedalam pergaulan bebas.
Referensi
Http://Rakyatsulsel.Com/Mengintip-Perilaku-Seks-Bebas-Yang-Makin Tinggi.Html#Sthash.Mljfzl75.Dpuf
Http://Www.Academia.Edu/7492454/Seks_Bebas_Di_Kalangan_Remaja_Dan_Upaya_Pencegahannya
IRMAWATI PUTRY
KSR-UH.XX.008
Posting Komentar