Tak hanya orang Batak, Lagu ini bahkan sudah familiar bagi banyak orang diluar suku Batak. Lagu BUTET. Lagu yang mengalun dengan tempo pelan dan mendayu ini memang telah melegenda. Bagi anda yang belum tahu, Butet merupakan nama panggilan yang diberikan kepada seorang Bayi Perempuan yang belum diberi Nama secara "resmi". Untuk bayi laki-laki dipanggil dengan sebutan "Ucok". Lagu Butet merupakan salah satu Lagu Wajib Nasional, yang masuk dalam Kategori Lagu Perjuangan.
Berikut ini Lirik dari Lagu Butet :
Butet dipangungsian do amangmu ale butet
Da margurilla da mardarurat ale butet
Da margurilla da mardarurat ale butet
I doge doge doge (hi) dai doge (hi) doge (hi) doge
I doge doge doge (hi) dai doge (hi) doge (hi) doge
Butet sotung ngol-ngolan rohamuna ale butet
Pai ma tona manang surat ale butet
Pai ma tona manang surat ale butet
I doge doge doge (hi) dai doge (hi) doge (hi) doge
I doge doge doge (hi) dai doge (hi) doge (hi) doge
Butet tibo do mulak au amangmu ale butet
Masunta ingkon saut do talu ale bute
Musunta ingkon saut do talu ale butet
I doge doge doge (hi) dai doge (hi) doge (hi) doge
I doge doge doge (hi) dai doge (hi) doge (hi) doge
Butet haru patibu ma magodang ale butet
Asa adong da palang merah ale butet
Da palang merah ni negara ale butet
I doge doge doge (hi) dai doge (hi) doge (hi) doge
I doge doge doge (hi) dai doge (hi) doge (hi) doge
Jika diartikan secara menyeluruh kedalam Bahasa Indonesia, lebih kurang artinya seperti ini :
Butet...Ayah mu sedang berada di pengungsian,
Bergerilya dalam darurart oh..butet (2x)
Butet..Janganlah pernah jemu hatimu puteri ku..
Menanti kabar berita oh butet
Ayah mu akan cepat pulang oh butet
Musuh kita harus dikalahkan oh butet
Butet...Cepatlah Besar anakku...
agar kelak kau menjadi Palang Merah
Palang Merah Negara Kita
Dari lirik dan pengertian Lagu Butet diatas, sedikit banyaknya kita telah mengetahu pesan/makna dari Lagu ini.
Bagaimana Sebenarnya Kisah dibalik Lagu Butet ini ? Konon Lagu Butet diciptakan dan berkumandang pertama kalinya di Gua Nagar Timbul yang letaknya berada di tengah Hutan Naga Timbul, Kecamatan Sitahuis Kabupaten Tapanuli Tengah. Menurut pengakuan warga Nagatimbul dan juga warga Sitahuis bahwa syair asli lagu Butet itu adalah seperti berikut.
“Butet…di Sitahuis do Amangmu ale Butet…
damancentak hepeng Orita ale Butet…
damancetak hepeng Orita ale Butet.."
Menurut pengakuan warga Sitahuis dan Desa Nagatimbul bahwa lagu itu dinyanyikan br Tobing warga Sitahuis sewaktu menina bobokan borunya (Butet dalam bahasa batak).
“Menurut sejarah, bahwa lagu Butet itu dinyanyikan di Gua perjuangan yang terdapat di hutan Nagatimbul ini, dimana masyarakat Sitahuis dan Nagatimbul bersembunyi di gua tersebut, sementara kaum pria waktu itu berada di Sitahuis untuk berjaga-jaga dan sebagian ada yang mencetak uang ORITA (Oeang Republik Tapanoloe, yang merupakan ejaan lama). Dimana waktu itu tempat percetakan uang ORITA adalah di Sitahuis. Sewaktu Putri br Tobing ini yang disebut Si Butet mau tidur ibunyapun menina bobokannya dengan lagu Butet,”
Setelah Sitahuis dikuasi Belanda dan menjadikan Desa Sitiris yang masih satu Kecamatan dengan Sitahuis menjadi markas Belanda, percetakan uang Orita itupun dibakar sibontar mata (sebutan bagi Penjajah Belanda) namun mesin cetak uang tersebut masih sempat diselamatkan dan dibawa kedalam gua perjuangan di hutan Nagatimbul. Aktivitas percetakan uangpun sempat berlanjut di gua tersebut, namun sangat disayangkan bahwa mesin cetak uang itu tidak diketahui dimana keberadaannya hingga saat.
“Kami tidak tahu lagi kemana mesin cetak tersebut dibawa para pejuang kita dulu, hanya saja menurut sejarahnya di gua perjuangan yang berada di hutan Nagatimbul masih sempat dicetak uang ORITA sebagai alat tukar yang sah waktu itu. Makanya Belanda terus mengejar dan berusaha untuk mengambil percetakan tersebut. Namun sangat disayangkan mesin cetak itu sampai saat ini tidak diketahui dimana keberadannya, apakah berhasil dibawa Belanda atau tidak,”aku Kepala Desa Nagatimbul R Pasaribu.
Menurut pengakuan Camat Sitahuis Joseph dan juga pemilik rumah yang berada dikawasan perkantoran Camat Sitahuis dan warga Sitahuis membenarkan bahwa di rumah Andareas Aritonang uang ORITA tersebut dicetak.
“Memang benar inilah rumah yang menjadi bukti sejarah tempat dicetaknya ORITA, memang rumah ini sudah mengalami pemugaran namun hanya bagian depan saja, itupun kami jadikan sebagai warung, sedangkan pada bagian tengah rumah dan loteng rumah ini masih bawaan rumah dulu. Dan diruang tengah inilah uang tersebut dicetak,”aku T br Simatupang (Op Jesri)
Lebih lanjut Op Jesri yang sudah berusia 81 tahun ini menuturkan, Belanda terus mencari dimana lokasi percetakan uang ORITA, karena dengan adanya uang ORITA, maka uang Belanda tidak berlaku waktu itu, akunya. Namun sangat disayangkan bahwa uang tersebut tidak adalagi dimiliki Op Jesri dan juga keluarganya.
“Memang dulu ada saya simpan, tapi saya tidak terfikir bahwa uang itu akan berarti nantinya, makanya keberadaan uang tersebut tidak terlampau kami pedulikan saat itu,”kata Op Jesri.
Op Jesri juga tidak mengingat lagi kapan uang tersebut dicetak di Sitahuis, demikian juga dengan warga sekitarnya, mereka hanya mengingat bahwa dirumah Andareas Aritonang uang ORITA dicetak, sedangkan dibagian depan rumah tersebut duluny ada gudang yang menjadi tempat penyimpanan barang-barang percetakan dan juga peralatan perang pejuang Tapanuli dulunya.
Sekarang kawasan tersebut suda berdiri rumah tinggal penduduk, termasuk dilahan yang dulunya gudang sudah menjadi rumah penduduk, sedangkan dikawasan sekitarnya sudah berdiri kantor Camat Sitahuis. Warga juga berharap agar bukti-bukti sejarah yang masih tertinggal dapat dirawat dan dilestarikan, karena suatu saat hal itu menjadi bukti sejarah yang sangat berarti bagi generasi berikutnya, apalagi Propinsi Tapanuli sudah terwujud nantinya akan menjadi sejarah baru bagi Propinsi Tapanuli yang kita harapkan dapat segera terwujud, harap warga.
berbagaisumber
www.mahasiswabatak.com
Posting Komentar