INFO MARKAS

COPING STRES DAN KESEHATAN REMAJA

[Info P3RS Edisi 2]


Seberapa streskah hidup teman akhir-akhir ini? Bagaimana teman memandang dunia teman, seperti gelas kosong, penuh atau setengah penuh?

Manusia tidak penah terhindar dari ketegangan mental, emosional, dan fisik yang disebabkan oleh kecemasan ataupun pekerjaan yang terlampau banyak. Kondisi tersebut dikenal dengan stres. Stres merupakan suatu tuntutan yang mendorong organisme untuk menyesuaikan diri. Pada dasarnya stres itu alamiah dan merupakan mekanisme normal yang pasti dialami oleh organisme. Ketika suatu stres menimbulkan keadaan kesakitan atau penderitaan secara fisik atau psikologis, maka kondisi itulah disebut distres. Distres ini yang kemudian dapat menimbulkan gangguan penyesuaian. Gangguan penyesuaian merupakan reaksi maladaptif terhadap stresor yang dikenali, yang ditandai dengan adanya ketidakberdayaan fungsi atau tanda-tanda distres emosional yang lebih dari biasa. Gangguan penyesuaian dapat menimbulkan gangguan mood, seperti depresi.

Remaja merupakan usia dimana individu mengalami peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada masa tersebut tentu saja remaja melakukan penyesuaian-penyesuaian dengan lingkungannya. Berbagai faktor dapat menjadi sumber stres seperi interaksi dengan teman sebaya, hubungan dengan keluarga, serta faktor akademik. Beberapa di antaranya mengalami kebingungan akan identitas diri yang kemudian dapat memunculkan tekanan.

Bagaimana teman mengatasi stres? Salah satu faktor psikologis yang dapat mengurangi stres adalah coping.  Coping merupakan proses-proses transaksional yang ditempuh seseorang dalam menangani masalah-masalah aktual dalam kehidupan sehari-hari mereka. Coping meliputi berbagai strategi regulasi emosi, proses pemikiran dan tingkah laku. Hal ini berarti bahwa coping dibangun sebagai suatu respon fisiologis individu terhadap stres, penilaian seseorang terhadap kejadian-kejadian, perhatian dan tujuan mereka ataupun hasil yang mereka inginkan (Zimmer & Skinner, 2008).

Para ahli pada umumnya menggolongkan dua model coping yang biasanya digunakan oleh individu, yaitu problem- focused coping dan emotion-focused coping. Problem-focused coping merujuk pada upaya individu secara aktif untuk mencari penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan kondisi yang menimbulkan stres. Individu berupaya mengubah kesulitan hubungan dengan lingkungan yang memerlukan penyesuaian atau dapat disebut pula perubahan eksternal  Emotion-Focused Coping merupakan upaya-upaya individu untuk mengatur emosinya dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh suatu kondisi yang penuh tekanan. Emotion-focused coping berusaha untuk mengurangi dan atau meniadakan tekanan untuk mengurangi beban pikiran individu, tetapi tidak pada kesulitan yang sebenarnya.




Pada dasarnya kita menggunakan kedua model tersebut untuk mengatasi berbagai masalah yang menekan dalam kehidupan sehari-hari. Faktor yang menentukan model mana yang paling banyak atau sering digunakan sangat tergantung pada kepribadian seseorang dan sejauhmana  tingkat stres yang dialaminya. Remaja menunjukkan lebih banyak Emotion-focused coping dibandingkan problem-focused coping karena mereka belum mencapai tahap perkembangan yang matang untuk bisa menggunakan  problem-focused coping.

Model coping juga dapat dilihat dalam suatu tingkatan-tingkatan, mulai dari coping yang sifatnya mendukung kesehatan mental sampai pada coping yang kurang efektif. Model coping tersebut adalah berpusat pada pemecahan masalah, mengubah pikiran, mengekspresikan perasaan, mengharapkan dukungan sosial, menghindari persoalan, berandai-andai bahwa persoalan tidak ada, mengkritik diri sendiri serta menghindari lingkungan sekitar atau menarik diri dari lingkungan sosial.

Bagaimana model coping teman? Beberapa model coping tertentu dihubungkan dengan fungsi-fungsi yang lebih sehat. Model tersebut seperti pemecahan masalah dan mencari informasi. Perilaku coping yang aktif ini paling sering berasosiasi dengan kompetensi yang tinggi, fungsi positif dan kesehatan yang baik (Zimmer & Skinner, 2008). Jadi, teman boleh saja menangani emosi terlebih dahulu ketika merasa stres, namun teman-teman perlu untuk segera keluar dari emosi yang meliputi dan mencari penyelesaian masalah.

Salah satu model coping yang dikembangkan remaja adalah mencarian dukungan sosial. Berbeda dengan anak-anak dan orang dewasa, remaja akan cenderung mencari dukungan emosional dari teman sebaya. Ada penurunan pencarian bantuan dari orang dewasa. Namun ini juga dikondisikan dengan sumber stres. Nah, disinilah peran kita sebagai peer educator. Kita memberikan dukungan sosial pada teman-teman untuk bisa membuta teman-teman mampu melalui permasalahnnya.
Penting bagi kita para “peer educator”, untuk mengembangan coping stres yang efektif dan menularkannya kepada teman-teman kita. Model coping stres efektif akan memelihara kita agar tetap sehat. Everything will be ok, Life must go on.

Pusat Pengembangan Pendidikan Remaja Sebaya
KSR PMI UNHAS

 
Back To Top