INFO MARKAS

Share Your mind #24 "DIRI, IDENTITAS, EMOSI DAN KEPRIBADIAN REMAJA"

 Oleh : Triska Meidiana dan Sarifah Arafah Nasir

PMR SMAN 2 Watampone


Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa. Masa remaja tidak dapat disebut telah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak-anak. Remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, siapa mereka dan apa yang membuat mereka berbeda dari orang lain. Siapa kamu? Tanya tuan ulat.  Alice menjawab malu-malu,”sa-saya tidak tahu tuan,  baru saja,  paling tidak saya tahu siapa ketika bangun tidur tadi pagi,  tetapi saya rasa saya telah berubah beberapa kali sejak itu”-Lewis Carrol (penulis inggris abad ke-19)-
Jika membaca sepenggal tulisan yang dituliskan oleh seorang penulis terkenal pada masa itu, mungkin kita berfikir apakah kaitan antara tulisan tersebut dengan hal yang ingin kita bahas yaitu mengenai “DIRI,  IDENTITAS,  EMOSI,  DAN KEPRIBADIAN”.  Sepenggal tulisan diatas membawa kita pada permasalahan umum yang di alami setiap remaja,  banyak remaja yang tidak dapat menemukan identitas dirinya.  Mungkin hal ini terlihat begitu sederhana,  tetapi sadar atau tidak,  hal ini sangatlah penting pada pribadi setiap remaja.  Contohnya kecenderungan untuk melakukan tindakan plagiat, penyaluran emosi secara tidak terkontrol karna tidak mengetahui jati dirinya dan yang paling ditakutkan adalah bergabungnya remaja pada lingkungan yang tidak baik karna merasa bahwa disitulah mereka dapat menemukan identitas diri mereka. Pada remaja, seringkali terjadi ketidak mampuan untuk mengendalikan diri karena, perkembangan emosi remaja tidak stabil dan penuh gejolak. Kita tidak dapat menyalahkan remaja akibat hal negatif yang mucul sebagai akibat dari pencarian identitas diri mereka,  karna keluarga dan lingkungan sangatlah berperan aktif untuk membantu remaja dalam menemukan jati diri mereka.
Bagaimanakah remaja mendeskripsikan dirinya?  Bagaimanakah deskripsi anda mengenai diri sendiri ketika berusia 15 tahun?  Karakteristik apa sajakah yang ditekankan? berikut ini adalah sebuah potret diri dari seorang remaja perempuan yang berusia 15 tahun.
“Seperti bagaimanakah aku sebagai pribadi itu? Rumit! Aku sensitif, bersahabat, mudah bergaul, populer dan toleran. Meskipun demikian aku juga pemalu, sadar diri dan bahkan menjengkelkan. Menjengkelkan! aku biasanya selalu bersahabat dan toleran, terkadang aku menjadi pribadi yang sangat rajin belajar, namun terkadang aku menyia-nyiakan waktu juga, karna apabila kamu terlalu banyak belajar kamu tidak akan populer. Di rumah aku sering merasa tidak nyaman apabila berada disekitar orang tua. Mereka mengharapkan semua nilaiku sempurna, itu sungguh tidak adil!aku menjadi khawatir bagaimana caranya mendapatkan nilai yang baik, itulah mengapa aku terkadang bersikap gelisah dan sarkastik dirumah. Manakah yang merupakan sifat asliku yang sesungguhnya? terkadang aku merasa bersikap tidak asli terlebih ketika berada disekitar anak laki-laki seusiaku. Aku berusaha bersikap sangat menyenangkan bahkan melakukan hal konyol, kemudian aku menjadi sadar diri dan malu, kemudian langsung berubah drastis menjadi introvert, dan aku menjadi tidak tahu siapakah diriku yang sebenarnya”
Sepenggal kutipan diatas dapat membuat kita sedikit memahami apa yang akan dialami remaja apabila tidak dapat menemukan identitas diri dan kepribadian mereka, emosi yang tidak terkontrol, mood yang sering berubah bahkan pembawaan yang terlalu dibuat-buat yang berdampak mereka dijauhi oleh lingkungannya merupakan dampak dari ketidakmampuan remaja dalam menemukan identitas diri mereka. Tahukah anda? Bahwa Remaja mulai memiliki social cognition, yaitu kemampuan untuk mengenal orang lain, serta conformity yaitu kecenderungan untuk mengikuti opini, pendapat, nilai dan hobi teman sebaya. Itulah sebabnya, ketika remaja mengalami masa sulit, mereka lebih memilih teman sebaya,  dari pada ke orang tua. Disinilah peran teman sebaya bagi remaja.  
Apakah yang dimaksud dengan pemahaman diri?  Pemahaman diri atau self-understanding adalah resprentasi kognitif remaja mengenai diri, substansi, dan isi dari konsepsi diri remaja.  Banyak remaja yang tidak dapat memahami diri mereka sendiri sehingga menyebabkan mereka tidak dapat membedakan “diri real versus diri ideal, diri sebenarnya versus diri palsu”, kemampuan remaja yang dapat menyusun diri mereka menjadi pribadi yang ideal justru akan membingungkan dirinya sendiri. Kemampuan kognitif yang cepat pada remaja serta pengalaman sosial budaya mempengaruhi pemahaman diri mereka.  Pemahaman diri menjadi lebih terintegrasi, dalam berkembang menuju dewasa,  tapi karena emosi mungkin masih terlalu berpengaruh, pemikiran remaja mungkin masih terlalu mementingkan diri sendiri dan melindungi diri. Kita dapat memberikan pemahaman tentang “konsep diri” pada remaja tersebut.
Dengan konsekuensi yang dapat ditimbulkan akibat rendahnya harga diri seorang remaja,  orang tua dan lingkungan sekitar dapat memperbaiki harga diri seorang remaja dengan empat cara yaitu:
1.      Mengidentifikasikan penyebab rendahnya harga diri dan bidang-bidang kompetensi yang penting bagi diri seorang remaja.
2.      Menyediakan dukungan emosional
3.      Meningkatkan prestasi
4.      Meningkatkan kepercayaan diri seorang remaja bahwa meraka mampu melakukan hal tersebut
Pada usia remaja konsep diri telah ditekankan pada diri. Namun,  harga diri lebih terkait dengan citra tubuh dan penampilan fisik dari pada keberhasilan di sekolah. Konsekuensi dari harga diri yang rendah: ketidak nyamanan emosional,  depresi, bunuh diri, anoreksia dan gangguan makan lainnya, kenakalan,  pembunuhan, penyalahgunaan alkohol dan narkoba, narsisme yang tinggi,  empati rendah,  kepekaan terhadap penolakan.
Sebagai bagian dari eksplorasi sosialnya remaja mengalami psychosocial moratorium atau istilah yang sering digunakan untuk merujuk pada kesenjangan rasa aman di masa kanak-kanak dan otonomi di masadewasa. Tidak dapat dipungkiri bahwasanya remaja yang sedang mencari identitas diri mereka mengalami perubahan mood yang sangat cepat misalnya saja, disuatu waktu mereka bersikap argumentatif dan disutu waktu mereka bersifat kooperatif. Lalu apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi krisis identitas pada remaja? orang tua, teman sebaya dan lingkungan harus memberikan kesempatan pada remaja untuk mengeksplorasi berbagai peran dan kepribadian yang berbeda. Pada fase ini seorang remaja mengalami empat status identitas yang pernah dikemukakan oleh marcia,  adapun empat status itu antara lain
l Identitym diffusion atau istilah yang merujuk pada kondisi remaja yang      belum pernah mengalami krisis dan belum pernah membuat sebuah    komitmen.
l Identity foreclosure atau istilah yang merujuk pada kondisi remaja yang      sudah pernah membuat sebuah komitmen tetapi belum pernah mengalami     krisisi dentitas
l Identity moratorium atau istilah yang merujuk pada kondisi remaja yang     yang berada di pertengahan krisis tetapi belum membuat komitmen yang jelas   terhadap identitas tersebut.
l Identity achievement atau istilah yang merujuk pada kondisi remaja yang   telah mengalami krisisi dentitas dan telah melakukan komitmen
Selain itu,  kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini. Adanya motivasi dari keluarga, guru,  teman sebaya untuk terlepas dari suatu permasalahan. Peran keluarga harus lebih menonjol, dan pandai memperbaiki suasana hati remaja itu sendiri. Namun pada intinya, peran remaja itu sendirilah yang harus lebih berperan, yaitu remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.
Dari sebuah kasus yang marak terjadi yaitu pemaksaan kehendak orang tua terhadap masa depan seorang remaja contohya orang tua memaksa seorang remaja untuk menjadi seorang dokter, sedangkan remaja tersebut tidak memiliki minat apapun pada bidang kedokteran, hal ini dapat menyebabkan identitasnya kabur, mengapa? karna remaja tidak dapat menemukan jati diri mereka dan terus didorong untuk melakukan sesuatu yang mereka tidak sukai, hal inilah yang biasa dapat menyebabkan seorang remaja frustasi dan depresi dan akhirnya terjerumus pada pergaulan yang tidak sehat, misalnya pemakaian obat-obatan terlarang, mengonsumsi atau kecanduan terhadap rokok dan minuman keras, free sex dan pergeseran norma-norma sosial pada remaja tersebut. Semua itu disebabkan oleh identitas yang kabur sebagai akibat dari krisis identitas yang tidak dapat diatasi remaja.
Lalu apakah yang dapat kita lakukan sebagai seorang remaja jika mengalami krisis identitas? sebaiknya kita mencoba membicarakan baik-baik terhadap apa yang kita inginkan kepada kedua orang tua, jika kita belum bisa menemukan jati diri kita ada baiknya kita mencoba bereksplorasi terhadap apa yang kita sukai dan akan menjadi identitas diri kita kedepannya. Tetapi hal tersebut juga tidak lepas dari dukungan orang tua dan lingkungan yang membantu dan menggiring remaja untuk menemukan identitas diri mereka, bukan malah memberikan tekanan pada diri seorang remaja sehingga mereka terlalu terikat dengan aturan dan malah lebih cenderung menarik diri pada lingkungan sehingga menyebabkan seorang remaja tidak dapat mengatasi krisis identitas yang mereka alami. Lalu apa yang dapat dilakukan pemerintah untuk membantu remaja menemukan identitas diri mereka? pemerintah harus memberikan pendidikan gratis sebagai dasar bagi remaja untuk membentuk pola fikirnya didalam bidang akademik, serta pemerintah juga bisa menambahkan jam pelajaran yang berupa bimbingan konseling seperti yang selalu dilakukan sekolah kami yaitu SMAN 2 WATAMPONE. Berbagai lapisan masyarakat, pemerintah, keluarga, teman sebaya dan orang tua sangatlah berperan aktif dalam membantuk remaja menghadapi krisis identitas serta menemukan jati diri mereka.



Posting Komentar

 
Back To Top