INFO MARKAS

Opini Anggota : Ayo Kenalan dengan Wolbachia si Nyamuk Baik Pencegah Demam Berdarah Dengue (DBD) oleh Diva Nuzulya Ramadani

 

Ayo Kenalan dengan Wolbachia si Nyamuk Baik Pencegah Demam Berdarah Dengue (DBD)

 oleh : Diva Nuzulya Ramadani 

Musim penghujan telah dimulai sejak beberapa pekan terakhir. Hal ini tentu menjadi suatu kesyukuran setelah terjadinya kemarau panjang. Namun, hujan yang terus mengguyur hampir disetiap harinya juga mendatangkan ketakutan akan terjadinya berbagai bencana. Banjir merupakan salah hal yang patut diwaspadai masyarakat saat musim penghujan tiba. Tetapi, tidak hanya bencana alam, munculnya berbagai penyakit saat musim hujan juga harus menjadi hal yang diwaspadai khususnya pada penyakit Demam Berdarah Dengue atau biasa disingkat DBD.

 

Demam Bersarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue, yang ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albocpictus. DBD masih menjadi isu kesehatan yang sangat banyak diperbincangkan. Hal ini dikarenakan DBD merupakan penyakit dengan angka kasus yang cukup tinggi. Menurut data dari Kementerian Kesehatan, hingga minggu ke-40 pada tahun 2023 tercatat 68.996 kasus DBD dengan kasus kematian sebanyak 498 jiwa.

 

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) memiliki gejala yang khas. Orang yang terinfeksi oleh virus Dengue akan mengalami peningkatan suhu badan atau demam secara mendadak, merasakan sakit kepala yang hebat dan terasa berat dan nyeri dibagian belakang bola mata. Gejala lain yang muncul yaitu mual, pusing, nyeri diseluruh tubuh, dan hilangnya nafsu makan.

 

Seseorang yang terinfeksi virus dengue akan mengalami 3 fase perjalanan penyakit. Fase pertama yaitu 1-3 hari penderita akan merasakan demam yang cukup tinggi sekitar 40°C . Fase kedua, penderita akan mengalami fase kritis pada hari ke 4-5 . Pada fase ini penderita akan mengalami penurunan suhu tubuh menjadi 30°C . Fase ketiga, terjadi pada hari ke 6-7. Penderita akan mengalami kenaikan suhu tubuh kembali, fase ini merupakan fase pemulihan dimana trombosit akan naik perlahan hingga kembali normal.

 

Hingga saat ini, pemerintah terus gencar melakukan penanganan terkait penanggulangan penyakit DBD. Salah satunya adalah dengan mengembangkan sebuah inovasi berupa teknologi nyamuk Wolbachia. Saat ini, inovasi ini telah menjadi perbincangan dimana-mana dan menimbulkan pro kontra di masyarakat. Banyaknya informasi beredar di media Sosial memunculkan berbagai kekhawatiran di masyarakat, seperti menganggap bahwa teknologi ini adalah hasil rekayasa genetik, nyamuk yang disebar mengandung gen LGBT, atau beranggapan bahwa ini adalah program untuk memusnahkan sebagian umat manusia. Daripada menduga-duga hal yang tidak jelas maka penting untuk mencari informasi dari sumber yang di percaya. Jadi, sebenarnya apa sih nyamuk Wolbachia itu?

 

 

Wolbachia merupakan bakteri yang sangat umum terdapat secara alami pada 60 persen spesies serangga, termasuk beberapa nyamuk, lalat buah, ngengat, capung, dan kupu-kupu. Wolbachia hidup di dalam tubuh serangga tepatnya didalam sel serangga dan diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui telur serangga. Lalu bagaimana ceritanya bakteri ini bisa membantu menurunkan penyebaran virus Dengue?

 

Parah ahli telah meneliti bahwa apabila didalam tubuh nyamuk Aedes Aegypti terdapat Wolbachia, bakteri tersebut akan bersaing dengan virus Dengue, virus Zika, Virus Chikungunya, dan virus demam kuning. Hal ini akan menyebabkan virus sulit untuk berkembangbiak di dalam tubuh nyamuk. Apabila didalam tubuh nyamuk Aedes Aegypti terdapat wolbachia, maka nyamuk tidak akan dapat menularkan virus dengue antar manusia.

 

Para ahli juga menjelaskan apabila nyamuk Aedes Aegypti jantan yang memiliki Wolbachia kawin dengan Nyamuk Aedes Aegypti betina tanpa Wolbachia, maka virus didalam tubuh nyamuk betina akan terhambat replikasinya atau mati. Disamping itu, apabila Nyamuk Aedes Aegypti betina yang memiliki bakteri Wolbachia kawin dengan Nyamuk Aedes Aegypti jantan tanpa wolbachia, maka seluruh telurnya akan mengandung Wolbachia. Maka diharapkan dalam beberapa siklus mendatang, virus dengue tidak akan ada lagi di dalam tubuh nyamuk Aedes Aegypti. Hal ini sangat menguntungkan bagi manusia, karena hanya nyamuk betina yang menghisap darah sedangkan nyamuk jantan tidak.Lalu bagaimana cara penerapan teknologi nyamuk wolbachia ini dilingkungan masyarakat?

 

Teknologi nyamuk Wolbachia dilakukan dengan meletakkan telur yang mengandung bakteri Wolbachia disekitar tempat tinggal masyarakat terutama lingkungan yang memiliki populasi nyamuk Aedes Aegypti  yang merupakan vektor utama dari penularan penyakit DBD.

 

Penelitian mengenai program teknologi inovasi nyamuk Wolbachia ini telah dilakukan sejak tahun 2011. Di Negara Indonesia, program ini pertama kali diuji coba di kota Yogyakarta pada tahun 2022. Hasilnnya, program ini mampu menekan kasus demam berdarah sebanyak 77 persen dan menurunkan angka rawat di rumah sakit sebanyak 86 persen.

 

Walaupun teknologi ini anggap mampu untuk menekan dan menurunkan angka penularan demam berdarah. Namun, bukan berarti program ini menggantikan seluruh program pencegahan DBD yang telah ada sebelumnya. Masyarakat tetap diminta untun melakukan gerakan 3M Plus yaitu, Menguras, Menutup, dan mendaur Ulang, serta menjaga kebersihan diri dan lingkungan.

 

 

 

 


Posting Komentar

 
Back To Top