INFO MARKAS

PEMBERDAYAAN SISWA SEKOLAH MELALUI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESIAPSIAGAAN BENCANA DAN KEGAWATDARURATAN AWAM BERBASIS AUGMENTED REALITY SEBAGAI UPAYA MEMBANGUN GENERASI SIAP SIAGA

 PEMBERDAYAAN SISWA SEKOLAH MELALUI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESIAPSIAGAAN BENCANA DAN KEGAWATDARURATAN AWAM BERBASIS AUGMENTED REALITY SEBAGAI UPAYA MEMBANGUN GENERASI SIAP SIAGA


Pendahuluan

Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, menjelaskan bahwa bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam, faktor nonalam, maupun faktor manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Indonesia merupakan wilayah yang rawan terjadi bencana geologi dan hidrometeorologi (BNPB, 2019). Hal tersebut disebabkan karena Indonesia dikelilingi tiga lempeng tektonik dan terletak di garis khatulistiwa, sehingga rawan mengalami bencana geologi dan hidrometeorologi. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat bahwa dalam kurun waktu tahun 2020 telah terjadi 2.925 kejadian bencana alam. Bencana yang terjadi di sepanjang 2020 tersebut didominasi dengan bencana alam hidrometeorologi, seperti banjir sebanyak 1.065 kejadian, abrasi sebanyak 36 kejadian, tanah longsor sebanyak 572 kejadian, angin puting beliung sebanyak 873 kejadian, kekeringan sebayak 29 kejadian, dan kebakaran hutan dan lahan sebanyak 326 kejadian. Dari total keseluruhan kejadian di sepanjang tahun 2020, korban meninggal dunia akibat dampak bencana alam tersebut ada sebanyak 370 jiwa, 39 orang yang hilang dan 536 jiwa mengalami luka-luka. Banyak anak-anak yang menjadi korban dalam bencana tersebut (BNPB, 2020). Hal ini menunjukkan bahwa kejadian bencana dapat menimbulkan banyak korban.

Kerangka Kerja Sendai untuk Pengurangan Risiko Bencana tahun 2015- 2030 yang diresmikan penggunaannya dalam Konferensi Dunia Ketiga Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebutkan bahwa pendidikan siaga bencana merupakan prioritas yang harus dilakukan untuk meningkatkan ketahanan masyarakat pada saat bencana dan untuk mengurangi risiko yang tejadi akibat bencana (UNDRR, 2015). Hal ini sangat penting dilakukan di Indonesia yang memiliki tingkat kerentanan terhadap bencana yang tinggi dibandingkan dengan negara lainnya. Fakta yang ditemukan di lapangan bahwa masih banyak sekolah yang memiliki kesiapsiagaan rendah dalam menghadapi bencana dan ditambah lagi perhatian pemerintah terhadap penanggulangan bencana belum sepenuhnya maksimal (Widjanarko dan Minnafiah, 2018). Pendidikan di Indonesia saat ini belum ada tindakan sistematis dan konkrit untuk memasukkan muatan kebencanaan ke dalam kurikulum sekolah karena pendidikan kebencanaan masih sebatas isu yang berkembang saat terjadi bencana alam besar yang menjadi pusat perhatian pemerintah dan masyarakat. 

Selain peristiwa bencana, kecelakaan lalu lintas di jalan raya juga merupakan penyumbang angka kematian terbesar di dunia dengan puluhan juta orang terluka setiap tahunnya yang terdiri dari anak-anak, pejalan kaki, pengendara sepeda, dan orang tua paling rentan dari pengguna jalan (Fisu, 2019). Berdasarkan hasil riset kecelakaan lalu lintas Kota Makassar yang merupakan data tahun terakhir 2019, ditemukan jumlah kasus kecelakaan lalu lintas di Kota Makassar sebanyak 114 kasus dengan jumlah korban meninggal sebanyak 26 orang, luka berat 13 orang, dan luka ringan 75 orang (Psikogenesis, 2019). Hal ini menunjukkan bahwa dalam kehidupan sehari-hari tidak akan pernah lepas dari peristiwa kecelakaan yang menimbulkan banyaknya korban

Menurut Vanaspongse (2007), anak-anak adalah kelompok yang paling berisiko mengalami kematian atau cedera akibat bencana dibandingkan populasi lain karena pengetahuan dan kemampuan mereka yang terbatas untuk menyelamatkan diri. Kurangnya informasi menjadi salah satu faktor kurangnya pengetahuan terkait penyelamatan diri dan orang-orang di sekitarnya. Pendidikan kesiapsiagaan bencana merupakan salah satu hak anak agar memiliki kesiapsiagaan jika sewaktu-waktu terjadi bencana. Pendidikan ini dapat dilakukan sejak dini melalui program siaga bencana di sekolah agar anak dapat mengetahui bagaimana cara menyelamatkan diri saat terjadi suatu ancaman bahaya. Pendidikan siaga bencana dapat diawali pada anak usia sekolah.

Pembahasan

Sekolah memegang peranan yang strategis dalam upaya penanggulangan bencana, hal tersebut dikarenakan sekolah merupakan sumber ilmu pengetahuan. Sekolah mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa dalam menghadapi bencana. Guru mampu mendukung siswa dalam mengembangkan respon psikologis, termasuk dalam upaya tanggap menghadapi bencana. Oleh karena itu, upaya penanggulangan bencana di sekolah akan mencerminkan pencegahan bencana oleh individu dan keluarga, serta pencegahan bencana pada masyarakat luas. Meskipun sebagai sumber ilmu pengetahuan, sekolah juga merupakan bangunan yang rentan terhadap bencana. Sekolah menjadi salah satu fasilitas yang dimanfaatkan dalam upaya pengurangan risiko bencana. Sekolah berperan dalam membangun kesadaran bencana masyarakat selain itu, sekolah mampu memfasilitasi dan bekerjasama dengan lingkungan sekitar, meningkatkan kecakapan masyarakat, dan menjadi pusat penampungan pengungsi ketika terjadi bencana. Pentingnya peran sekolah dalam upaya penanggulangan bencana mendorong agar siswa yang berada di sekolah tersebut juga memiliki upaya siap siaga bencana. Anak-anak merupakan golongan yang paling rentan terhadap bencana karena kapasitas dan sumber daya yang dimiliki terkait bencana masih sangat terbatas (Indriasari, 2017). Meskipun rentan, anak-anak juga dapat menjadi pondasi dari terwujudnya generasi tangguh bencana. Oleh karena itu, perlu adanya pendidikan dan pelatihan tentang kesiapsiagaan bencana dan pertolongan pertama kegawatdaruratan awam sejak dini terhadap anak sekolah.

Korban yang terluka akibat ketidaktahuan dan ketidakmampuan menghindari ancaman bahaya dan menangani kondisi kegawatdaruratan dengan cepat dan tepat dapat menyebabkan adanya korban dan bila terlambat ditangani atau bahkan terjadi penanganan yang salah, maka dapat memperparah kondisi korban. Penting adanya pendidikan sejak dini untuk anak sekolah dan remaja agar mereka dapat menyelamatkan diri saat menghadapi ancaman bahaya dan memberi pertolongan pertama saat ditemukan kondisi seseorang mengalami kegawatdaruratan. Untuk mendukung proses edukasi, dibutuhkan sarana inovatif sebagai suatu media pembelajaran yang mampu menghubungkan, memberi, dan menyalurkan informasi sehingga tercipta proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Pemanfaatan media pendidikan menggunakan augmented reality dapat merangsang pola pikir peserta didik dalam berpikir kritis terhadap sesuatu masalah dan kejadian yang ada pada kehidupan sehari-hari. Media augmented reality dapat memvisualisasikan konsep abstrak untuk pemahaman dan struktur suatu model objek, sehingga sangat memungkinkan untuk dijadikan sebagai media pembelajaran yang lebih efektif (Mustaqim, 2016). 

Tujuan dari pendidikan dan pelatihan ini adalah untuk memberdayakan siswa-siswi untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam kesiapsiagaan bencana dan manajemen kegawatdaruratan agar mampu menyelamatkan diri dan orang-orang di sekitarnya akibat kondisi kegawatdaruratan dan bencana, menumbuhkan jiwa kemanusiaan dan rasa empati siswa-siswi sejak dini terhadap lingkungan dan orang-orang di sekitarnya, menjadikan siswa-siswi sebagai pelopor untuk membangun kesiapsiagaan seluruh generasi muda dalam menghadapi bencana atau peristiwa yang mengancam nyawa lainnya. 

Manfaat dari pendidikan dan pelatihan ini adalah agar siswa sekolah memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar dalam manajemen kegawatdaruratan dan bencana, tertanamnya jiwa kemanusiaan dan rasa empati terhadap lingkungan dan orang-orang di sekitarnya, mengaplikasikan ilmu yang dimiliki untuk kemaslahatan masyarakat. Berikut merupakan rangkaian tahapan metode pelaksanaan pendidikan dan pelatihan:

A. Tahap Persiapan 

Hal-hal yang perlu dipersiapkan adalah penyusunan materi buku pedoman Siaga Junior berbasis augmented reality dan pengeditan video edukasi. Buku pedoman dapat digunakan oleh siswa-siswi untuk belajar mandiri di rumah masing-masing, sedangkan video edukasi akan dibagikan setiap pekan selama pemberian materi tentang bencana. Video edukasi dapat digunakan oleh siswasiswi untuk memahami materi dengan mudah melalui penyampaian dari video akan yang diberikan. 

1. Pembuatan Buku Pedoman 

a. Menyusun konsep buku pedoman yang akan dibuat.

b. Mengumpulkan materi-materi tentang kesiapsiagaan bencana dan pertolongan kegawatdaruratan. 

c. Membuat deskripsi materi dengan bahasa yang sederhana dan jelas agar mudah dipahami. 

d. Membuat gambar yang sesuai dengan deskripsi materi untuk memberi gambaran tentang deskripsi yang dijelaskan. 

e. Mendesain buku pedoman menggunakan aplikasi CorelDraw X7 dan Microsoft Word di laptop

2. Pembuatan Video Edukasi 

a. Video edukasi tentang kesiapsiagaan bencana akan diambil dari channel YouTube Badan Penanggulangan Bencana Nasional sebagai sumber video edukasi dalam bentuk animasi, sedangkan video edukasi tentang pertolongan kegawatdaruratan akan dibuat sendiri oleh tim relawan melalui pengambilan video yang memperagakan secara langsung tentang pemberian pertolongan kegawatdaruratan. 

b. Mengedit video edukasi pertolongan kegawatdaruratan menggunakan aplikasi Filmora. 

c. Merekam suara sebagai voice over untuk mendeskripsikan isi video. Rekaman dilakukan dengan menggunakan recording microphone agar suara terdengar jernih dan stabil. 

d. Memasukkan voice over ke dalam video. e. Rendering dan mengekspor video dalam bentuk file video.

3. Pembuatan Augmented Reality 

a. Membuat produk augmented reality tiga dimensi menggunakan aplikasi Unity dan Vuforia. 

b. Membuat objek tiga dimensi. 

c. Membuat lisensi, database, dan gambar target pada Vuforia. 

d. Mengatur dan konfigurasi pada Unity untuk pembuatan augmented reality. 

e. Menambahkan komponen Vuforia pada Unity dan objek tiga dimensi. 

f. Kompilasi ke dalam bentuk instalasi android. 

g. Mengaktifkan program augmented reality dengan scan pada buku pedoman. 

h. Buku pedoman yang gambarnya di-scan menggunakan android akan memunculkan augmented reality dalam bentuk video edukasi kesiapsiagaan bencana dan pertolongan kegawatdaruratan yang telah dibuat.

B. Tahap Sosialisasi 

Hal-hal yang akan disosialisasikan adalah program-program yang akan dilaksanakan dan meminta kesepakatan masing-masing siswa-siswi yang bersedia mengikuti kegiatan.

C. Tahap Pelaksanaan 

1. Pre-Test 

Siswa-siswi akan diberikan kuesioner terlebih dahulu sebagai bentuk tes sebelum menerima materi untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswasiswi sebelum diberikan materi. Pertanyaan yang diberikan berkaitan dengan kesiapsiagaan bencana dan pertolongan kegawatdaruratan awam. 

2. Pekan Edukasi 

Pekan edukasi adalah kegiatan mingguan yang dilaksanakan setiap akhir pekan dengan pemberian materi yang berbeda-beda di setiap pertemuan. Materi yang diberikan adalah materi tentang kesiapsiagaan bencana dan cara memberikan pertolongan pertama pada korban. 

3. Simulasi 

Kegiatan ini bertujuan untuk melatih respon tanggap darurat dan bencana siswa-siswi sebagai masyarakat awam dan menstimulus jiwa empati dan kemanusiaan terhadap individu atau korban bencana. Bencana yang akan disimulasikan adalah bencana kebakaran karena bencana ini merupakan salah satu bencana yang paling sering terjadi di sekitar kita dan kasus kegawatdaruratan yang biasa terjadi dalam bencana ini sangat kompleks. Dalam simulasi ini, setiap mitra individu akan dibagi menjadi beberapa tim dan harus menyelesaikan kasus yang diberikan dalam waktu tertentu untuk menganalisis dan menentukan tindakan yang tepat terhadap kasus yang diberikan. 

4. Kampanye 

Kegiatan ini bertujuan untuk mengajak dan menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam kesiapsiagaan bencana di Indonesia dan menjadikan siswa-siswi sebagai pelopor untuk membangun kesiapsiagaan bencana bagi seluruh generasi muda dalam menghadapi bencana atau peristiwa yang mengancam nyawa lainnya. Kampanye ini berbentuk video yang bersifat mengajak dan akan dilakukan oleh siswa-siswi. 

5. Evaluasi 

Sebagai bentuk evaluasi, siswa-siswi akan diberikan kuesioner sebagai bentuk post-test setelah menerima materi untuk mengukur tingkat pengetahuan siswa-siswi. Pertanyaan yang diberikan sama dengan pertanyaan pre-test yang telah diberikan sebelumnya, yaitu tentang kesiapsiagaan bencana dan pertolongan kegawatdaruratan awam. Dengan adanya evaluasi dalam bentuk post-test, maka akan diketahui adanya perubahan tingkat pengetahuan siswa-siswi sebelum dan setelah diberikan materi. 

Penutup

Anak-anak merupakan golongan yang paling rentan terhadap bencana karena kapasitas dan sumber daya yang dimiliki terkait bencana masih sangat terbatas. Meskipun rentan, anak-anak juga dapat menjadi pondasi dari terwujudnya generasi tangguh bencana. Oleh karena itu, perlu adanya pendidikan dan pelatihan tentang kesiapsiagaan bencana dan pertolongan pertama kegawatdaruratan awam sejak dini terhadap anak sekolah. Pendidikan dan pelatihan kesiapsiagaan bencana dan pertolongan pertama kegawatdaruratan awam pada siswa sekolah ini membutuhkan pendampingan secara intensif melalui pelatihanpelatihan rutin yang dipantau langsung oleh para volunteer. Oleh karena itu, perlu adanya dukungan dari berbagai komunitas atau organisasi yang dapat membantu proses keberlanjutan pendidikan dan pelatihan pada siswa sekolah.

Daftar Pustaka

Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2020. Berita: Sebanyak 2.925 Bencana Alam Terjadi Pada 2020 di Tanah Air, Bencana Hidrometeorologi Mendominasi. URL: https://www.bnpb.go.id/berita/sebanyak-2-925-bencana-alam-terjadi-pada2020-di-tanah-air-bencana-hidrometeorologi-mendominasi. Diakses tanggal 12 Februari 2021.

Fisu, A.A. 2019. Tinjauan Kecelakaan Lalu Lintas Antar Wilayah Pada Jalan Trans Provinsi Sulawesi Selatan. Pena Teknik: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Teknik. 4 (1):53- 65

Indriasari, F.N. 2017. Kesiapsiagaan Komunitas Sekolah Dasar Inklusi dalam Menghadapi Bencana Gempa Bumi di Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial. 28 (2):7-13.

Psikogenesis. 2019. Riset Terkait Kecelakaan Lalu Lintas di Kota Makassar. URL: http://www.psikogenesis.com/2019/12/riset-terkait-kecelakaan-lalu-lintas-di.html. Diakses tanggal 12 Februari 2021.

United Nations Office for Disaster Risk Reduction. 2015. Sendai Framework for Disaster Risk Reduction 2015–2030. URL: https://www.undrr.org/publication/sendai-framework-disaster-risk-reduction-2015 -2030. Diakses tanggal 22 Februari 2021.

Vanaspongse, C. 2007. Pedoman Pelatihan Pengurangan 2 Risiko Bencana yang Dimotori oleh Anak-anak di Sekolah dan Komunitas. Save The Children. Bangkok. Widjanarko, M. dan Minnafiah, U. 2018. Pengaruh Pendidikan Bencana Pada Perilaku Kesiapsiagaan Siswa. Jurnal Ecopsy. 5 (1):1-5.

Yanuarto, T. 2019. Buku Saku Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana. Cetakan keempat, Pusat Data Informasi dan Human BNPB. Jakarta.


Posting Komentar

 
Back To Top