INFO MARKAS

TRANSFORMASI BUDAYA BELAJAR DALAM ADAPTASI KEBIASAAN BARU DI ERA PANDEMI

 TRANSFORMASI BUDAYA BELAJAR DALAM ADAPTASI KEBIASAAN BARU DI ERA PANDEMI 

Pendahuluan 

Era revolusi industri 4.0 menjadi sebuah perbincangan hangat di berbagai kalangan di dunia, eksistensi keberadaannya terus bertransformasi di berbagai bidang kehidupan manusia seperti teknologi, politik, sosial, budaya, dan tentunya di bidang pendidikan. Revolusi industri 4.0 pertama kali dikemukakan oleh Schwab (2016), dalam bukunya “The Fourth Industrial Revolution” berawal dari revolusi industri pertama yang ditandai dengan penemuan rel kereta api dan mesin uap pada tahun 1760, industri kedua ditandai dengan munculnya listrik pada akhir abad 19, pada tahun 1960 terjadi revolusi ketiga yaitu lahirnya komputer atau disebut revolusi digital, sedangkan revolusi Industri 4.0 ditandai dengan teknologi dan internet pada abad ke 21. Era Revolusi industri 4.0 menjadi sebuah perbincangan hangat di berbagai belahan dunia bahkan Bangsa Indonesia saat ini telah melakukan berbagai persiapan untuk menghadapi era revolusi tersebut. Revolusi industry 4.0 menjadi sebuah teribosan baru bagi bangsa Indonesia terkhusus dalam bidang pendidikan. Akan tetapi, tentu saja dalam setiap perubahan yang akan dilakukan, tentu banyak muncul masalah atau persoalan baru. Seperti yang diungkapkan Riyana (2018) bahwa terdapat “Beberapa hal yang menjadi titik ukur kesuksesan era revolusi industri 4.0 dapat dilihat dari cara berpikir, cara belajar, cara bertindak para peserta didik dalam rangka pegembangan kreativitas dalam dunia pendidikan”. Di tengah perbincangan hangat akan transformasi era revolusi industri 4.0, dunia dikejutkan dengan sebuah musibah besar yaitu munculnya wabah penyakit Covid-19 (Corona Virus Disease 2019) yang secara cepat merambat keseluruh penjuru bumi. Banyak negara yang menerapkan aturan khusus terkait pencegahan virus ini namun tetap saja penyebarannya yang begitu cepat sulit untuk diantisipasi, termasuk yang terjadi di Indonesia. Kasus Covid-19 pertama kali terdeteksi di Indonesia pada awal Maret 2020, dan sejak saat itu, wabah ini langsung merambat cepat dan hampir seluruh tempat di Indonesia terjaring wabah Covid-19. Bahkan sampai saat ini memasuki tahun 2021, Indonesia masih melakukan berbagai cara untuk meminimalisir kasus Covid-19. Hal tersebut tentu menjadi masalah yang sangat besar yang mempengaruhi segala aspek yang ada, baik ekonomi, politik, sosial, budaya dan juga dalam aspek pendidikan. Masa pandemi Covid-19 yang bertepatan dengan era revolusi 4.0 menjadikan pemerintah dan masyarakat harus membuat terobosan baru, dimana setiap orang benar-benar harus mampu dan cakap dalam mengoptimalkan penggunaan teknologi. Oleh karena itu, secara tidak langsung, bisa dikatakan bahwa adanya Covid-19 ini seakan-akan menjadi sebuh jembatan penghubung dalam menyukseskan era revolusi 4.0 terkhusus di bidang pendidikan saat ini. Dalam hal pendidikan, bukan hanya guru atau dosen yang diharuskan untuk mengusai teknologi ini tetapi siswa/mahasiswa bahkan orang tua pun harus bisa dan cakap dalam penggunaan teknologi dengan sistem pembelajaran baru yang diterapkan oleh pemerintah. Akan tetapi, penerapan model pembelajaran yang baru di masa pandemi covid-19 memunculkan polemik masyarakat. Bagi pendidik (guru/dosen), pembelajaran jarak jauh menuntut mereka agar lebih kreatif dan cakap dalam penyampaian materi melalui media pembelajaran daring, sehingga menghasilkan capaian pembelajaran yang baik berkualitas dengan harapan jauh lebih efektif dibanding budaya belajar sebelumnya. Namun, perlu diingat bahwa media pembelajaran hanya sekadar alat. Kecapakan guru dalam mengajar memiliki peran besar bagi tercapainya pembelajaran yang berkualita. Lantas, yang menjadi perdebatan sampai saat ini adalah, bagaimana pengaruh transformasi budaya belajar yang ada saat ini terkhusus di masa pandemi, terkait keterbatasan siswa/mahasiswa dan orang tua dalam memenuhi kebutuhan pembelajaran dan juga keterbatasan pengetahuan akan berbagai hal yang digunakan dalam pembelajaran media online saat ini. 

Pembelajaran Online 

Menurut Dabbagh dan Ritland, pembelajaran online adalah sistem belajar yang bersifat terbuka dengan pemanfaatan alat bantu dalam proses belajar mengajar. Alat bantu tersebut dimungkinkan melalui pemanfaatan akan internet dan teknologi lainnya guna memfasilitasi proses belajar megajar yang lebih efektif. Sistem pembelajaran online menjadi alternatif baru dari pembelajaran secara konvensional yang sebenarnya pada umumnya sudah banyak diterapkan, hanya saja di masa pandemi sekarang ini, budaya belajar baru secara online sepertinya secara penuh harus memanfaatkan teknologi. Hal ini tentu menjadi sesuatu yang cukup asing di kalangan beberapa masyarakat khususnya pelajar yang harus bertransformasi ke masa ini. Hal Ini tentu saja bukanlah sesuatu yang cukup mudah, karena harus memulai sistem ini dari awal lagi. Persoalan utama dalam dunia pendidikan terkhusus di negara kita saat ini yaitu belum seragamnya proses pembelajaran di setiap tempat yang ada. Pemerintah menerapkan model pembelajaran baru yaitu secara online dengan berbagai fasilitas yang disiapkan dengan harapan bisa memberi terobosan baru dalam bidang pendidikan untuk suatu capaian yang sama dan maksimal di setiap kalangan. Pemerintah mengeluarkan Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 9/2018 tentang Pemanfaatan Rumah Belajar. Berbagai pihak pun kini menyuguhkan bimbingan belajar online seperti ruang guru, Zenius, Kahoot, dan lainnya guna penerapan sistem pendidikan yang lebih praktis. Keberhasilan pembangunan suatu negara dapat dilihat dari keberhasilannya memberdayakan generasi dengan pemberian pendidikan yang layak sehingga dapat melahirkan generasi penerus yang cerdas baik secara intelektual maupun emosional. Namun seperti yang dikatakan sebelumnya, adanya terobosan baru, tentu akan melahirkan juga persoalan baru. Terkait adaptasi kebiasaan baru dalam belajar, ini dirasa cukup berat oleh pendidik dan peserta didik. Bagi pendidik, dituntut harus bisa kreatif dan cakap dalam mengajar melalui media pembelajaran online, dan bagi peserta didik juga dituntut harus mampu dan bisa memanfaatkan segala bentuk teknologi yang menunjang pendidikan khususnya dengan sistem belajar jarak jauh yang diterapkan saat ini secara online. Ini perlu adanya penyesuai yang tidak mudah antara pengajar dan juga peserta didik yang tentu harus juga disesuikan dengan jenjang pendidikannya. Dampak dari penerapan model pembelajaran online ini secara tidak langsung akan menimbulkan tekanan fisik maupun psikis bagi masyarakat. Akan tetapi, dengan adanya pola pikir yang positif, itu sangat membantu dalam menyukseskan adaptasi baru tranformasi belajar ini, sehingga capaian dari model belajar online ini tetap berkualitas. Pengajar dan peserta didik tentu bukan satu-satunya tonggak penentu akan keberhasilan pembelajaran online ini, namun hal ini juga tidak terlepas dari dorongan dan dukungan orangtua. Tak sedikit orangtua yang melakukan protes dengan banyak keluhan-keluhan terkait pembelajaran jarak jauh melalui daring (internet) ini. Ada begitu banyak pandangan dari orangtua seperti, tidak maksimalnya pengetahuan yang didapatkan, siswa yang kurang aktif dalam proses belajar mengajar, kecenderungan siswa menghabiskan banyak waktu di handphone, dan banyak hal lagi yang menjadi keluhan orangtua. Selain itu, faktor lain yang menjadi penghambat akan penerapan model belajar online adalah belum meratanya pengenalan akan teknologi bagi peserta didik, terkhusus bagi mereka yang masih usia dini ataupun berada di lokasih yang kurang terjangkau oleh jaringan. Kurangnya pengetahuan akan penggunaan macam-macam teknologi dalam menunjang pendidikan seperti seperti laptop, gadget, dan lainnya juga menjadi halangan berarti bagi peserta didik. Meskipun hampir sebagian besar sudah mengenal digital, dari segi operasionalnya belum diterapkan secara optimal dalam media pembelajaran. Fasilitas video, voice note, dan Youtube dapat dijadikan sebagai media pembelajaran khusus seperti pada anak TK. Namun, di samping itu perlunya juga ada pendampingan penuh dari orangtua. Selain anak TK, anak Sekolah Dasar (SD) Sekolah Menengah juga dituntut untuk bisa menggunakan media-media tersebut dengan tambahan media lainnya yang disesuikan dnegan kebutuhan mereka. Bukanlah hal yang mudah tentang itu, karena anak belum bisa mengoperasikannya secara mandiri. Jenjang Sekolah Menengah dan Pendidikan Tinggi, juga membutuhkan inovasi dan motivasi dari pendidik (guru/dosen) agar peserta didik tidak jenuh atau bosan, tanpa menghilangkan poin capaian pembelajaran yang diharapkan. Pembelajaran online memang suatu hal yang mungkin cukup asing di banyak kalangan, akan tetapi sistem pembelajaran itu adalah sistem yang menandakan adanya kemajuan akan pemanfaatan berbagai teknologi yang ada. Di Indonesia, tingkat penggunaan internet tergolong cukup tinggi jika dibandingankan dengan negaranegara lainnya, di lain sisi ini tentu menjadi satu langkah lebih maju terkait penerapan sistem belajar online ini. Ketertarikan masyarakat khususnya peserta didik dalam penggunaan internet membuat pemerintah mengeluarkan banyak aturan dan fasilitas baru terkait layanan dalam bidang pendidikan. Khususnya di kalangan mahasiswa saat ini, pemerintah menyediakan kuota internet khusus belajar bagi setiap mahasiswa yang diberikan setiap bulannya, untuk siswa pemerintah juga menyediakan layanan seperti memfasilitasi sekolah dengan fasilitas pendukung dalam menerapkan model belajar online. Semua itu demi capaian kualitas pendidikan yang lebih baik dengan tetap mengikuti arus era revolusi yang ada.

 Macam-macam Media Pembelajaran Online 

Transformasi budaya belajar dalam adaptasi kebiasaan baru di masa pandemi ada suatu hal yang harus dan bisa dilakukan. Dunia pendidikan harus tetap berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, dengan dengan kata lain, kita harus tetap bisa mengikuti perkembangan zaman dengan bekal prestasi di bidang pendidikan yang memadai namun di lai sisi juga terkait pandemi Covid-19, tentu saja sistem pembelajaran yang dulu sudah tidak bisa diterapkan lagi saat ini dengan harapan bisa terhindar dari wabah penyakit tersebut. Dengan demikian, harus ada transformasi media pembelajaran yang dulu yang lebih banyak menggunakan sistem tatap muka di dalam kelas. Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan terkait penerapan pembelajaran online di masa pandemi ini. Penerapan pembelajaran online harus diseuikan dengan jenjang pendidikan masing-masing, oleh karena itu, tidak semua media yang digunakan dalam penerapan pembelajaran online ini sama. Terkait hal ini, ada beberapa media pembelajaran online yang bisa dijadikan pilihan, di antaranya, yaitu: a. Media Pembelajaran Online yang pertama dan paling banyak digunakan adalah whatsapp group. Media pembelajaran seperti ini banyak diterapkan di kalangan siswa karena ini menjadi sesuatu yang cukup mudah. Adapun kelebihan dari penggunaan media pembelajaran seperti ini adalah, penggunaannya yang mudah, namun dari hasil survei yang dilakukan, jenis media belajar seperti ini dinilai kurang efektif karena penjelasan materi yang disampaikan oleh guru/dosen tidak maksimal dan juga kurangnya respon dari peserta didik. b. Media Pembelajaran online selanjutnya berasal dari google, yaitu google suite for education. Model pembelajaran seperti ini adalah model pembelajarn dasar dalam penggunaan internet. Setiap peserta didik bahkan sampai ke jenjang mahasiswa atau pascasarjana pun tidak terlepas dari penggunaan media google untuk belajar. Penggunaan media ini dinilai jauh lebih efektif karena sumber informasi yang didapatkan tentu jauh lebih banyak. Akan tetapi yanh menjadi kekurangan dari penggunaan media ini adalah, peserta didik dipaksa harus mandiri karena sepenuhnya media ini dikendalikan oleh pengguna sehingga banyak yang meskipun sudah menggunakan media pembelajaran ini tetap saja kurang memahami pelajaran karena tidak mendapatkan informasi/penjelasan dari guru/dosen. c. Media Pembelajaran Online selanjutnya adalah ruangguru, zenius, kahoot, dll. Media pembelajaran seperti ini lebih mengara pada peserta didik jenjang menegah sampai mahasiswa. Jenis media pembelajaran seperti ini adalah bentuk pengaplikasian dari sistem belajar tatap muka, dengan media pembelajaran seperti ini, peserta didik lebih aktif dan juga lebih memahami materi-materi pelajaran yang ada. Di samping itu, kekurangan dari media pembelajaran seperti ini adalah, harus memerluhkan biaya untuk bisa memggunakan media belajarnya. d. Media Pembelajaran Online yang juga sering digunakan adalah Zoom. Media pembelajaran seperti ini, adalah media pembelajaran yang paling banyak digunakan terutama di masa pandemi ini. Ini adalah model pembelajaran langsung yang diaplikasikan lewat media online. Ini tentu jauh lebih efektif disbanding media pembelajaran lainnya. Selain karena peserta didik bisa lebih aktif, juga bisa mendengarkan secara langsung materi yang disampaikan oleh guru/dosen. Kekurangan dari media pembelajaran ini adalah membutukan kualitas jaringan yang bagus dan memadai, sementara banyak lokasi/tempat yang belum memiliki akses jaringan internet yang baik. Berdasarkan hal di atas melihat situasi dan kondisi pada masa pandemi covid-19 guru atau dosen harus cerdas memilih media pembelajaran yang harus digunakan dalam proses pembelajaran supaya tidak ketinggalan materi. Oleh sebab itu, para pendidik diharuskan menguasai banyak media pembelajaran.

 Problematika Transformasi Budaya Belajar 

Dalam setiap perubahan, tentu harus ada kebijakan atau langkah-langkah yang dilakkan. Jika sebelum adanya pandemi Covid-19 muncul, segala sesuatu masih bisa dilakukan secara langsung ditempatnya, kini semuanya harus berubah dengan adanya adaptasi baru dalam berbagai hal. Work from home (WFH) adalah salah satu bentuknya. Keharusan work from home merupakan imbauan pemerintah dalam rangka meminimalisir dan menghentikan penyebaran pandemi Covid-19. WFH ini diberlakukan hampir pada semua lembaga dan tidak terkecuali dalam lembaga pendidikan. Bagi lembaga pendidikan, WFH ini berarti segala proses kegiatan belajar mengajar yang pada umumnya kita kenal dengan singkatan KBM harus juga ikut mengalami perubahan yang biasanya dilakukan di sekolah, kampus atau tempat tertentu lainnya secara langsung sekarang dihentikan/dibatasi sementara waktu dengan digantikan proses belajar mengajar menggunakan sistem online/daring. Peserta didik dan pengajar tetap melaksanakan KBM seperti biasanya, hanya saja penerapannya yang beda yaitu dilakukan di tempat masing-masing dengan memilih metode penggunaan media pembelajaran yang tepat untuk digunakan. Jika dipikirpikir, banyak orang yang mengirah bahwa mengira penerapan sistem seperti ini sangat mudah untuk dilakukan, dengan cukup punya fasilitasnya seperti HP dan kuota serta jaringan yang mendukung, maka kegiatan ini pasti mudah dan bisa dilakukan. Namun ternyata pandangan itu keliru. Setelah beberapa bulan melakukan KBM menggunakan sistem online, semua masalah dan kendala mulai bermunculan. Di antaranya tidak semua anak sama dalam hal kepemilikan fasilitas seperti HP, banyak di antara para siswa yang belum memiliki HP. Selain itu jika pun ada HP, keterbatasan kuota dan jaringan yang kurang mendukung juga menjadi kendala. Pembelajaran jarak jauh selama wabah virus corona, masih menemui banyak kendala di lapangan sekalipun sudah ada edaran menteri agar proses belajar dari rumah dilaksanakan secara online atau daring. Sebagian siswa tidak dapat mengikuti pembelajaran secara online atau daring karena ketiadaan sinyal jaringan internet. Selain itu, sebagian besar orangtua murid yang kondisi ekonominya pas-pasan, juga tidak memiliki ponsel pintar atau smartphone sebagai sarana belajar secara online untuk anak mereka. Sebagian guru pun terpaksa berinovasi dengan menyadur materi pembelajaran yang disiarkan televisi milik pemerintah dan mengedarkannya secara langsung kepada para murid. Proses belajar yang berlangsung dari rumah, mau tidak mau, membutuhkan pengawasan langsung dari orangtua. Padahal pada saat yang sama, orang tua murid juga harus membagi waktu untuk bekerja, mengurus rumah, sekaligus membantu belajar anak. Kendala pembelajaran jarak jauh perlu terobosan karena banyak daerah mengalami keterbatasan teknologi, lemahnya jaringan, dan kuota internet yang terbatas. Selain itu, kurikulum dan muatan ajaran perlu dirumuskan secara tepat agar pendidikan yang diberikan tetap berkualitas. Kendala ini tidak hanya dirasakan oleh siswa saja, tetapi juga guru. Anggaplah KBM sistem online ini bisa dilakukan oleh guru-guru yang masih muda yang mahir dengan teknologi. Lalu bagaimana dengan guru yang masih meraba dalam penggunaan teknologi? Ini tentu akan lebih sulit lagi. Dengan adanya kendala-kendala tersebut tentunya akan menghambat proses KBM, dan dapat diartikan belajar sistem daring yang dadakan belum efektif untuk dilakukan. Masih banyak kendala kendala lain yang muncul seperti pada saat sistem online digunakan. Materi yang disampaikan oelh guru tidak sepenuhnya dapat dipahami. Walaupun KBM tersebut dilakukan menggunakan video call, tapi tetap saja tidak seefektif yang dibayangkan. Selain itu bahkan tidak semua siswa hadir ketika KBM tersebut berlangsung, anggaplah disebabkan oleh jaringan yang tidak mendukung dan bisa juga karena siswa merasa bosan dengan sistem belajar yang tidak efektif. Belajar sistem online ini juga susah untuk mengontrol kehadiran anak- anak saat KBM, sehingga yang dapat mengikuti KBM adalah anak anak dengan fasilitas yang baik. Pada akhirnya pembelajaran tidak tersalurkan dengan baik. Tidak semua sekolah mengikuti KBM sistem online. Hal ini tentu karena berbagai pertimbangan. Banyak di antara sekolah memutuskan hanya memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan di rumah selama "libur" akibat wabah Covid-19. Dan, hal ini juga menjadi keluhan siswa/siswi dan juga orangtua disebabkan tugas/PR yang diberikan guru terlalu banyak sehingga membebani anak anak. Pemberian PR terhadap siswa selama libur juga tidak menjamin bahwa siswa/siswi akan belajar di rumah. Kebanyakan siswa beranggapan bahwa PR itu bisa dikerjakan nanti sehingga dibiarkan menumpuk sampai jadwal yang di tetap guru untuk dikumpulkan baru mereka tergesa-gesa untuk mengerjakannya. Berdasarkan kendala-kendala tersebut tentu perlu solusi agar proses belajar mengajar tetap tersalurkan dengan baik, sekalipun harus dilakukan di rumah. Tapi sepertinya solusi terbaik adalah tetap berusaha sebaik mungkin dengan mengikuti tawaran belajar online serta mengikuti aturan dan keputusan sekolah masing-masing. Ternyata dengan adanya wabah ini memberikan pelajaran untuk kita bahwa belajar di ruang kelas dengan guru secara langsung tidak dapat tergantikan oleh apapun. Karena menurut saya setidak efektif apapun KBM di ruang kelas tetap itu adalah yang terbaik; materi pelajaran dapat disampaikan dengan langsung, jika ada siswa yang tidak paham mereka bisa secara langsung bertanya kepada guru yang bersangkutan. 

Pengajar Sebagai Relawan (Volunteer) 

Belum meredanya wabah virus korona di Indonesia, memaksa pemerintah memperpanjang masa belajar -mengajar dari rumah hingga waktu yang tidak ditentukan. Tak berarti libur dari aktivitas belajar mengajar, semua sekolah sampai kampus pun diwajibkan menggunakan pembelajaran di rumah secara online dan secara manual. Instruksi belajar dari rumah yang dikeluarkan pemerintah pusat, tak sepenuhnya berjalan lancar. Jika banyak daerah menjalankan belajar online dengan mudah, tidak demikian halnya dengan daerah-daerah yang tertinggal atau daerah pedalaman yang belum terjangkau listrik dan belum meratanya pengunaan media elektronik. Ketiadaan gadget, ketiadaan aliran listrik serta keterbatasan pelajar dalam penggunaan media pembelajaran menjadikan pengajar banyak yang bertindak sebagai relawan. Para guru harus mengunjungi ratusan siswa satu per satu, untuk memberikan pelajaran tatap muka di rumah para siswa. Di daerah pedalaman ditemukan bahwa semua siswa tidak punya hp android apalagi laptop. Jadi, untuk penerapan materi secara online agak sulit dan dirasa semua sekolah pasti seperti itu juga. Maka, salah satu cara untuk menyikapi masalah atau mengatasi kesulitan listrik dan ketiadaan gadget, guru tersebut menerapkan pembelajaran secara manual ke tiap-tiap rumah siswa, sesuai arahan pemerintah agar semua siswanya tidak ketinggalan materi pembelajaran. Kehadiran guru maupun dosen sebagai relawan adalah salah satu hal yang luar biasa yang terjadi di masa pandemi ini, sehingga banyak orang yang mengatakan dibalik suatu musibah selalu ada malaikat penolong. 

Kesimpulan 

Transformasi budaya belajar dalam adaptasi kebiasaan baru di masa pandemi menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi setiap bangsa dan terkhusus bagi setiap individu. Terlepas dari masa pandemi Covid-19 ini, kita memang sudah dihadapkan dengan era baru yaitu era revolusi 4.0 dimana pemanfaatan dan penggunaan teknologi adalah salah satu hal yang wajib dan harus bisa dikuasai. Di masa pandemi ini, banyak perdebatan tentang efektivitas model atau sistem kegiatan belajar mengajar yang baru, dimana hampir semua kegiatan tersebut harus dilakukan secara online/daring. Menanggapi hal itu, pemerintah mengeluarkan banyak aturan dan juga memberikan banyak fasilitas untuk menjembatanni keadaan yang ada dengan sistem sistem pendidikan. Tentu saja, adalah sebuah terobosan baru jika bangsa kita berhasil mengaplikasikan teknologi dalam dunia pendidikan tanpa mengurangi optimalisasi dari pembelajaran itu sendiri. Kehadiran seorang pengajar yang dengan sukarela melakukan apa saja untuk kesuksesan para pelajar dibidang pendidikan menjadi suatu hal yang begitu luar biasa yang terjadi di masa pandemi ini. Transformasi budaya belajar bukanlah hal yang tidak mungkin kita lakukan, dan justru hal ini menjadi sebuah titik terang, terkhusus bagi generasi mudah saat ini yang akan lebih banyak mengambil peran untuk kemajuan bangsa dan negera di masa yang akan datang. 

DAFTAR PUSTAKA

 Atsani, LGMZ. 2020. Transformasi Media Pembelajaran Pada Masa Pandemi Covd19. IAI Hamzanwadi NW: Lombok Timur Fitriah, M. 2020. Transformasi Media Pembelajaran pada Masa Pandemi Covid-19. Nursyifa, A., 2019. Transformasi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dalam Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0. Universitas Pamulang: Tangerang Selatan Pramesti, UD., Sunendar, D., Damayanti, VS. 2020. Komik Strip Sebagai Media Pendidikan Literasi Kesehatan Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Pada Masa Pandemi Covid-19. Universitas Pendidikan Indonesia: Bandung Riyana, C. 2018. Tantangan Pendidikan Era Revolusi Industri. Universitas Negeri Malang: Malang Ristekdikti. 2018. Era Revolusi Industri 4.0. Schwab, K. 2016. The Fourth Industrial Revolution. Word Economic Forum: Switzerland Susmiati, E. 2020. Meningkatkan Motivasi Belajar Bahasa Indonesia Melalui Penerapan Model Discovery Learning dan Media Video dalam Kondisi Pandemi Covid-19. SMP Negeri 1 Gangga: Lombok Utara


Posting Komentar

 
Back To Top