Pada tahun 2007 jumlah remaja umur 10-24 tahun sangat besar terdapat sekitar 64 juta atau 28,6 % dari jumlah penduduk Indonesia sebanyak 222 juta (Proyeksi Penduduk Indonesia tahun 2000-2025, BPS, Bappenas, UNFPA, 2005). Disamping jumlahnya yang besar, remaja juga mempunyai permasalahan yang sangat kompleks seiring dengan masa transisi yang dialami remaja. Masalah yang menonjol di kalangan remaja yang dapat mengancam kesehatan dan kesejahteraannya, misalnya perilaku seks bebas (kehamilan dini yang tidak diinginkan, aborsi), terinfeksi Penyakit Menular Seksual, HIV/AIDS, penyalahgunaan Napza, kerentanan terhadap tindak kekerasan baik fisik maupun mental (masalah pemerkosaan, eksploitasi seksual).
Berbagai permasalahan remaja tersebut di atas memerlukan penanganan yang komprehensif. Kondisi dan situasi kehidupan remaja saat ini yang sangat lekat dengan berbagai tekanan dan pengaruh negatif memerlukan dikembangkannya sikap tegas, kemampuan menolak dan kemampuan untuk memutuskan hal-hal penting.
Berdasarkan beberapa kajian yang ada, di kalangan remaja pendekatan YouthPeer Education atau Pendidikan Remaja Sebaya (PRS) dianggap sebagai metode pembelajaran yang tepat. Metode ini dinilai cukup berhasil mengurangi perilaku beresiko remaja khususnya dalam penaggulangan HIV/AIDS di Indonesia. Dasar pertimbangan dipilihnya metode ini adalah karena kelompok remaja merupakan kelompok unik dalam masyarakat. Mereka cenderung lebih dekat, lebih terbuka dan lebih sering berbicara perihal aspek-aspek kepribadian tertentu dengan remaja sebaya lainnya, daripada dengan orang tua atau guru. Teman sebaya adalah teman yang amat akrab karena jenis kelamin yang sama atau usia berdekatan, atau rumah berdekatan, atau bersekolah di sekolah yang sama, atau seminat dan seterusnya. Sehingga antara teman sebaya hampir tidak ada rahasia lagi. Teman sebaya menjadi teman sepenanggungan, karena kedekatannya, teman sebaya dapat saling mempengaruhi untuk sesuatu menuju kebaikan.
Pendekatan PRS ini lebih menitikberatkan pada pembelajaran tidak resmi, dalam bentuk percakapan antar remaja sebaya tentang permasalahan kesehatan dan kesejahteraannya. Sedangkan guru dan orang tua diharapkan mendukung (sebagai motivator) kegiatan tersebut. Palang Merah Indonesia mewadahi kegiatan tersebut sebagai bagian terpadu dari kegiatan pembinaan remaja.
P3RS (Pusat Pengembangan Pendidikan Remaja Sebaya)KSR PMI UNHAS mempunyai tanggung jawab atas peningkatan kualitas hidup remaja. Berangkat dari sebuah cita-cita besar bahwa semua remaja Indonesia mempunyai kualitas hidup yang sehat dan baik, untuk itu dibutuhkan dukungan sumber daya baik dari anggota KSR PMI Unhas atauRelawan yang dapat berperan sebagai Fasilitator PRS. Oleh karena itu, diperlukan Pelatihan Fasilitator PRS bagi Relawanyang akan menjadi Tim Fasilitator PRS diinternal KSR PMI UNHAS
Berbagai permasalahan remaja tersebut di atas memerlukan penanganan yang komprehensif. Kondisi dan situasi kehidupan remaja saat ini yang sangat lekat dengan berbagai tekanan dan pengaruh negatif memerlukan dikembangkannya sikap tegas, kemampuan menolak dan kemampuan untuk memutuskan hal-hal penting.
Berdasarkan beberapa kajian yang ada, di kalangan remaja pendekatan YouthPeer Education atau Pendidikan Remaja Sebaya (PRS) dianggap sebagai metode pembelajaran yang tepat. Metode ini dinilai cukup berhasil mengurangi perilaku beresiko remaja khususnya dalam penaggulangan HIV/AIDS di Indonesia. Dasar pertimbangan dipilihnya metode ini adalah karena kelompok remaja merupakan kelompok unik dalam masyarakat. Mereka cenderung lebih dekat, lebih terbuka dan lebih sering berbicara perihal aspek-aspek kepribadian tertentu dengan remaja sebaya lainnya, daripada dengan orang tua atau guru. Teman sebaya adalah teman yang amat akrab karena jenis kelamin yang sama atau usia berdekatan, atau rumah berdekatan, atau bersekolah di sekolah yang sama, atau seminat dan seterusnya. Sehingga antara teman sebaya hampir tidak ada rahasia lagi. Teman sebaya menjadi teman sepenanggungan, karena kedekatannya, teman sebaya dapat saling mempengaruhi untuk sesuatu menuju kebaikan.
Pendekatan PRS ini lebih menitikberatkan pada pembelajaran tidak resmi, dalam bentuk percakapan antar remaja sebaya tentang permasalahan kesehatan dan kesejahteraannya. Sedangkan guru dan orang tua diharapkan mendukung (sebagai motivator) kegiatan tersebut. Palang Merah Indonesia mewadahi kegiatan tersebut sebagai bagian terpadu dari kegiatan pembinaan remaja.
P3RS (Pusat Pengembangan Pendidikan Remaja Sebaya)KSR PMI UNHAS mempunyai tanggung jawab atas peningkatan kualitas hidup remaja. Berangkat dari sebuah cita-cita besar bahwa semua remaja Indonesia mempunyai kualitas hidup yang sehat dan baik, untuk itu dibutuhkan dukungan sumber daya baik dari anggota KSR PMI Unhas atauRelawan yang dapat berperan sebagai Fasilitator PRS. Oleh karena itu, diperlukan Pelatihan Fasilitator PRS bagi Relawanyang akan menjadi Tim Fasilitator PRS diinternal KSR PMI UNHAS
Doc. ksrpmiunhas
Posting Komentar