
Pendidikan Remaja Sebaya juga bersesuaian dengan teori kepribadian Sullivan yang dikenal dengan teori kepribadian interpersonal. Menurutnya, kepribadian adalah pola yang relatif menetap dari situasi-situasi antar pribadi yang berulang, yang menjadi ciri kehidupan manusia. Tahapan perkembangan kepribadian menurut Sullivan menunjukkan pentingnya proses-proses interpersonal serta peran orang tua, teman sebaya dan sahabat. Perkembangan negatif muncul sebagai akibat dari hubungan interpersonal yang gagal di setiap tahapan perkembangan. Dengan demikian, peran orang lain di luar diri kita penting dalam upaya mengembangkan sikap dan perilaku. Disinilah titik masuk pendekatan Pendidikan Remaja Sebaya
Pendidikan remaja sebaya menjadi program Palang Merah Indonesia sejak tahun 1996. Pendidikan Remaja Sebaya menjadi wadah pembinaan generasi muda PMI. Mengingat kelak generasi muda akan menjadi penerus kehidupan umat manusia, Palang Merah Indonesia merasa perlu untuk membantu menyiapkan para remaja agar mampu mewarisi kehidupan tersebut. Salah satunya melalui program PRS tersebut.
Pendidikan remaja sebaya dalam bentuk pelaksanaannya tidaklah kaku. Pelaksanaan Pendidikan Remaja Sebaya lebih fleksibel dengan komunikasi yang bersifat informal. Tidak ada cara atau aturan baku untuk pelaksannanya. Terkadang dalam kehidupan sehari-hari, kita memberitahukan teman kita mengenai suatu hal yang tidak diketahuinya karena kita peduli kepadanya. Terkadang juga kita mengingatkan teman kita untuk melakukan hal yang dia lupa untuk lakukan. Saat itu kita sedang menjalankan konsep pendidikan remaja sebaya.
Berdasarkan hal tersebut, pendidikan remaja sebaya dapat dilaksanakan setiap saat. Pendidikan remaja sebaya dapat dilaksanakan kapan pun dan dimanapun kita berada. Suasana yang diciptakan juga merupakan suasana yang santai. Selain itu, hal yang paling penting adalah menciptakan rasa saling percaya.
Pendidikan remaja sebaya menjadi program Palang Merah Indonesia sejak tahun 1996. Pendidikan Remaja Sebaya menjadi wadah pembinaan generasi muda PMI. Mengingat kelak generasi muda akan menjadi penerus kehidupan umat manusia, Palang Merah Indonesia merasa perlu untuk membantu menyiapkan para remaja agar mampu mewarisi kehidupan tersebut. Salah satunya melalui program PRS tersebut.
Pendidikan remaja sebaya dalam bentuk pelaksanaannya tidaklah kaku. Pelaksanaan Pendidikan Remaja Sebaya lebih fleksibel dengan komunikasi yang bersifat informal. Tidak ada cara atau aturan baku untuk pelaksannanya. Terkadang dalam kehidupan sehari-hari, kita memberitahukan teman kita mengenai suatu hal yang tidak diketahuinya karena kita peduli kepadanya. Terkadang juga kita mengingatkan teman kita untuk melakukan hal yang dia lupa untuk lakukan. Saat itu kita sedang menjalankan konsep pendidikan remaja sebaya.
Berdasarkan hal tersebut, pendidikan remaja sebaya dapat dilaksanakan setiap saat. Pendidikan remaja sebaya dapat dilaksanakan kapan pun dan dimanapun kita berada. Suasana yang diciptakan juga merupakan suasana yang santai. Selain itu, hal yang paling penting adalah menciptakan rasa saling percaya.
.
Sasaran pendidikan remaja sebaya adalah remaja dapat menjadi pendidik remaja sebaya. Modul mengenai pendidikan remaja sebaya yang disebarluaskan oleh PMI juga berisi pembahasan mengenai pendidikan remaja sebaya itu sendiri. Para pendidik remaja sebaya juga mengikuti pelatihan pendidikan remaja sebaya. Para pendidik remaja sebaya didorong untuk menyebarluaskan pengetahuannya kepada teman-teman sebayanya, baik di sekolah maupun di lingkungan lainnya, dalam kelompok teman sebayanya. Para Pendidik remaja sebaya diberikan informasi-informasi agar mereka dapat mengembangkan sikap dan perilaku yang menunjukkan pengatahuannya, misalnya terkait pentingnya menghindari perilaku berisiko. Para pendidik remaja sebaya tidak sekedar tahu melainkan mengaplikasikan pengetahuannya tersebut. Dengan demikian, seyogyanya pendidik remaja sebaya mampu menjadi model bagi teman-teman sebayanya dalam berperilaku.
Dalam pendidikan remaja sebaya, hal yang perlu ditekankan pula adalah “kita tidak bisa memberi kalau kita tidak memiliki”. Dengan demikian, perubahan perilaku menuju perilaku hidup sehat dan tidak berisiko seyogyanya dimulai dari diri sendiri sebelum mengajak orang lain. Pelatihan-pelatihan PRS seyogyanya memberikan informasi kepada para remaja mengenai kesehatan remaja, yang intinya merupakan pemberian masukan bagi remaja untuk perubahan dirinya sendiri terlebih dahulu. Setelah itu, mereka dihimbau untuk bisa mengajak teman-temannya melakukan perubahan positif seperti yang dia lakukan.
Pusat Pengembangan Pendidikan Remaja Sebaya
KSR PMI UNHAS
Posting Komentar