INFO MARKAS

ORANG-ORANG NUSANTARA DI NEGERI SERIBU BAKAU



 Dari Kota Serui Kabupaten Yapen Kepulauan, saya melanjutkan perjalanan ke Desa Rorisi Distri Urei Faisei Kabupaten Waropen. Menuju ke Desa Rorisi salah satu alternatif transportasi yang tersedia adalah menggunakan kapal cepat Express Bahari yang berada dalam menajement PT. PELNI. Kapal Express Bahari melayani rute Serui-Waropen-Biak pulang pergi setiap harinya dengan biaya 240 ribu untuk rute Serui-Waropen dan 470 ribu untuk rute Waropen-Biak . Pukul 11.00 WIT adalah jadwal pemberangkatan kapal dari Serui menuju Waropen. Pembelian tiket dapat dilakukan di dermaga kota. Untuk hari-hari libur disarankan untuk datang lebih awal agar calon penumpang tidak terjebak antrian panjang.
Dengan waktu tempuh satu jam lebih, kapal express bahari melaju membelah birunya laut. Gugusan pulau-pulau kecil nampak mempesona. Dari kejauhan nampak samar-samar nelayan yang sedang beraktifitas menangkap ikan. Riuhnya ombak sedikit membuat kapal ini oleng kiri dan kanan, angin mulai membelai tubuh kami, pertanda sang kapten sedang menaikkan kecepatan kapal agar dapat sampai tepat waktu. Kurebahkan kepala di kursi, memejamkan mata sejenak, menghimpun kembali tenaga untuk petualangan selanjutnya.
Pukul 12.28 waktu setempat, kapal merapat di Pelabuhan Waren. Angkutan darat berupa ojek berdesak-desakan menawarkan jasanya. Satu hal yang penting dan perlu anda ingat baik-baik adalah ketika anda ditawari ojek anda harus menyebutkan alamat tujuan yang jelas dan menanyakan ongkosnya saat itu juga agar tidak terjadi kesalah pahaman nantinya. Untuk saat ini saya akan menuju ke daerah Nonomi distrik Urei Faisei dengan biaya 15 ribu. Berdasarkan rekomendasi teman di Serui, di Nonomi ada penginapan yang bisa saya tempati untuk sementara dengan biaya nginap 150 ribu perhari. Keluar dari pelabuhan saya disambut dengan spanduk bertuliskan “Selamat Datang Di Waropen Negeri Seribu Bakau”. Ada rasa keingintahuan yang kemudian terlintas dipikiran saya, namun saat ini rasa lapar dan gantuk lebih besar ketimbang rasa penasaran dan saya masih memiliki waktu dua hari untuk membuktikan kebenaran spanduk tersebut. Jadi langkah terbaik saat ini adalah secepat mungkin menuju penginapan, makan siang dan beristirahat.
Distrik Urei Faisei adalah salah satu distrik dari enam distrik yang ada di Kabupaten Waropen. Kabupaten Waropen di Provinsi Papua ini dibentuk sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Yapen Waropen pada tahun 2003. Kota Botawa adalah Ibu kota dari Kabupaten ini. berdasarkan keterangan dari penduduk kata “Waropen memiliki makna “orang yang berasal dari daerah pedalaman” sebab berdasarkan mitos-mitos yang ada dimasyarakat mengatakan bahwa orang-orang waropen dulunya berasal dari daerah pedalaman (Gunung Tonater, Wamusopedai) akibat adanya air ampuhan atau air bah orang-orang ini hanyut hingga kedaerah pesisir ke Waropen Ambumi dan Roon di Kabupaten Nabire dan Manokwari di sebelah barat dan waropen Ronari di sebelah timur.

Distrik Urei faisei atau Urfas memiliki 12 Desa salah satunya Desa Rorisi. Berdasarkan penuturan kepala Desa nama Rorisi diambil dari nama roh penjaga kawasan ini (baca desa Rorisi) konon roh ini memiliki kekuatan untuk merubah wujud, seperti merubah wujud menjadi binatang ataupun berubah wujud menjadi manusia dengan paras yang cantik atau tampan (maaf yang saya maksud bukan GGS). Di Desa ini terdapat pasar distrik yang lumayan besar rata-rata pedagang disini berasal dari wilayah Sulawesi seperti Makassar, Bugis, Toraja, Manado, Buton, dan Jawa ada juga yang berasal dari Sumatera tetapi jumlahnya tidak sebanyak pendatang dari Sulawesi dan Jawa. Masyarakat pendatang ini rata-rata bermukim disekitar pasar dan hidup dengan berdagang kain, barang-barang sembako, membuka warung makan dan lain. Masyarakat asli Waropen menyebut para pendatang dengan sebutan orang-orang Nusantara entah sejak kapan penyebutan itu berawal dan apakah orang-orang Papua pada umumnya juga menyebut para pendatang itu sebagai orang-orang Nusantara? Sepertinya butuh kajian yang lebih dalam lagi namun jika iya, maka ini adalah suatu kondisi yang menegaskan bahwa Papua pada masa lampau tidak memiliki akses yang cukup dalam aktifitas Nusantara sehingga tidak merasa bagian dari Nusantara.

Infrastruktur di Distrik ini masih sangat minim jalan di ibu Kota Kabupaten yang membelah distrik ini juga masih jauh dari kata layak. Masih banyak yang harus diperbaiki. Masyarakat di Distrik Urei faisei kebanyakan mengeluh masaalah debu yang berterbangan kondisi ini akan semakin parah jika memasuki musim kemarau. Bagian pesisir dari wilayah ini cukup elok, namun pemerintah belum mengelolanya dengan maksimal, saya rasa jika pengembangan pariwisata bisa berfokus ke daerah pesisir dari wilayah Waropen mungkin akan mampu meningkatkan pendapatan masyarak secara khusus dan pendapatan daerah secara umum. Spanduk yang bertuliskan “Selamat datang di Negeri Bakau” memang bukan isapan jempol semata. Sepanjang wilayah pesisir kabupaten ini ditumbuhi hutan bakau yang sangat lebat. Kelebihan ini sebaiknya dimanfaatkan oleh masyarakat ataupun pemerintah setempat sebagai salah satu sumber pendapatan, apakah dengan membuat ekowisata ataupun dengan membuat panganan yang berbahan dasar dari tanaman bakau ini, seperti dodol buah bakau, sirup dll.

Muh. Yusuf Weandra
KSR-UH.XIV.011




Posting Komentar

 
Back To Top