INFO MARKAS

Aku Mau menjadi relawan KSR PMI UNHAS



R. A. Kartini
       
Perjuangan perempuan adalah perjuangan tersulit dan terlama, bahkan lebih dari perjuangan kemerdekaan. Feminisme di Indonesia sendiri ditandai dengan munculnya beberapa tokoh perempuan, salah satunya RA Kartini, yang berjuang melalui pendidikan, supaya wanita Indonesia tidak buta huruf, juga mengajarkan mengenai keterampilan. Sekarang pembatasan hak-hak atas perempuan, antara wanita dan lelaki adalah sama. Dengan adanya gerakan perempuan seiring dengan perkembangan zaman, peran wanita semakin penting. 

Pada dasarnya feminism menganggap wanita dan lelaki adalah sama. Sebagaimana mestinya, laki-laki dan perempuan itu saling melengkapi. Semua memiliki peran masing-masing, sehingga kehidupan ini akan seimbang. Feminisme yang muncul dari barat pada umumnya sangat mempengaruhi kehidupan perempuan di seluruh dunia, dari kaum yang tertindas menjadi berperan penting. Akan tetapi dalam menganut feminism ini di Indonesia haruslah disesuaikan dengan budaya dan nilai-nilai agama yang ada. Menghindari yang tidak perlu dan menyimpang serta mengambil yang memang penting untuk diperjuangkan.

“Tahukah engkau semboyanku? Aku mau! Dua patah kata yang ringkas itu sudah beberapa kali mendukung membawa aku melintasi gunung keberatan dan kesusahan. Kata “Aku tiada dapat!” melenyapkan rasa berani. Kalimat “Aku mau!” membuat kita mudah mendaki puncak gunung.”

Berkiblat dari semboyan RA Kartini di atas maka setiap orang juga seharusnya menanamkan semboyan dalam dirinya ‘’Aku mau menjadi irelawan’’, karena setiap orang adalah relawan. Relawan bagi dirinya sendiri, keluarganya maupun lingkungannya bila ‘’aku mau’’. Seiring perkembangan waktu, muncul Kartini-Kartini baru sebagai penerus perjuangannya dan ikut menginspirasi wanita untuk terus maju sekaligus mengembangkan kualitas diri mereka. Seperti halnya yang terjadi di lembaga kemanusiaan KSR PMI UNHAS. KSR PMI UNHAS yang didirikan sejak tahun 1991 hingga saat ini pernah dipimpin oleh beberapa tokoh perempuan selama tiga periode. Hal ini menunjukkan bahwa diskriminasi terhadap perempuan telah hilang.

"Semangat pencerahan akan kesadaran berintelektual berkepribadian kartini menginspirasi jiwa relawan kami, bahwa intelektual saja tidak cukup tanpa kesadaran sosial. Kesukarelaan kartini memperjuangkan 'pemikirannya' yang merupakan manifestasi dari semangat kemanusiaan harus menjadi contoh yang membuat kita bangga menjadi Relawan KSR PMI UNHAS" ujar Muthahharah Koordinator PDDK KSR PMI UNHAS periode 2017.

“Tanpa disadari pada saat menjadi relawan sama dengan melayani orang lain. Ketika mampu membuat seseorang lain jadi bahagia, rasa bahagia pun muncul pada diri kita sehingga inilah yang membuat saya bangga berKSR” ujar Novi Angraini, Sekretaris periode 2017. 

“Relawan itu adalah kerelaan, kamu tidak dipaksa untuk ini dan itu. Kamu bisa mengenal dirimu sendiri, seperti apa sikapmu jika dihadapkan pada masalah-masalah yang ada di depan matamu. Selain itu, dengan terjun sendiri kita juga jadi lebih tahu seperti apa lingkunganmu. Kita belajar menjadi lebih bertanggung jawab dengan tugas-tugas untuk saling peduli terhadap sesama” ujar Hardianti, Koordinator PPM periode 2017.

Anggota KSR PMI UNHAS sendiri didominasi oleh perempuan. Membuktikan bahwa menjadi relawan tidak mesti seorang laki-laki, perempuan pun bisa jika ‘’akumau’’.
Mari ber-KSR PMI UNHAS..we are volunteer.


Posting Komentar

 
Back To Top