INFO MARKAS

Antara Otak dan Perut


https://pilates1901.com/wp-content/uploads/2016/04/leptinghrelin-300x195.png
Ghrelin dan leptin adalah pengatur nafsu makan untuk menjaga keseimbangan energi dalam tubuh. Aktivasi untuk kedua hormon ini terjadi pada situasi berbeda tetapi keduanya memiliki peran penting dalam regulasi asupan makan dan berat badan. Ibarat dua sisi, kedua hormon ini memiliki fungsi umpan balik.

Dikutip dari jurnal Nature Neuroscience, 19 februari 2006, bahwa sebuah tim yang dipimpin oleh Tamas Horvath, ketua bagian pengobatan komparatif di Yale School of Medicine dan profesor teknik komparatif, obstetric, ginekologi dan ilmu reproduksi dan neurobiology, telah menganalisis hormon yang diproduksi oleh lapisan perut saat perut sedang kosong yang akan mengirimkan sinyal ke hipotalamus bahwa tubuh sedang kekurangan energi.
 
Para ilmuan menemukan bahwa ghrelin mengikat tidak hanya pada sel di bagian primitif otak yang mencatat kelaparan atau hipotalamus, tetapi juga di wilayah yang berperan dalam peningkatan kinerja belajar, memori dan analisis spasial yaitu hipokampus.

Perut kosong memang membuat pikiran menjadi melambat, tetapi uniknya pikiran yang melamban ini justru bekerja lebih tajam. Selain itu ditinjau dari segi insting, masalah rasa lapar adalah masalah kelanjutan hidup sehingga wajar jika rasa lapar memaksa kita untuk berpikiran lebih tajam dan kreatif. Kadar ghrelin paling tinggi ketika perut kosong, menunjukkan bahwa belajar mungkin paling efektif sebelum waktu makan. Kadar hormon ghrelin akan menurun secara berkala setelah tubuh mulai menyerap nutrisi dari makanan.

Horvart berteori bahwa obesitas telah berkontribusi pada penurunan nilai tes dan kesengsaraan pendidikan, karena anak-anak yang kelebihan berat badan telah menekan kadar ghrelin. Kadar ghrelin tinggi atau pemberian obat mirip ghrelin juga dapat melindungi dari bentuk demensia tertentu, karena penuaan dan obesitas dikaitkan dengan penurunan kadar ghrelin dan peningkatan kejadian kondisi kehilangan ingatan seperti penyakit Alzheimer.

Adapun leptin adalah hormon yang utamanya diproduksi oleh jaringan lemak (adiposa). Leptin memiliki pengaruh pada berbagai mekanisme biologis lain di antaranya adalah reproduksi, respon imun dan inflamasi, haematopoiesis (pembentukan sel darah merah), angiogenesis (pembentukan pembuluh darah), pembentukan tulang dan penyembuhan luka.

Sinyal leptin yang telah dilepas oleh jaringan adipsa akan menuju ke otak untuk memberikan informasi tentang status simpanan energi tubuh yang sudah cukup. Sebuah penelitian, diperoleh hasil adanya penurunan asupan makan dan peningkatan energi ekspenditur (pengeluaran) untuk mempertahankan ukuran dari simpanan lemak tubuh. Kadar leptin lebih tinggi pada perempuan dibandingkan dengan pria.

Sekresi leptin juga distimulasi oleh insulin, hormon yang dilepas ke dalam aliran darah sesaat setelah mengasup makanan. Kadar leptin dalam darah dapat menggambarkan jumlah simpanan lemak trigliserida di jaringan lemak. Makin banyak cadangan lemak, maka makin banyak juga leptin yang dilepaskan dalam darah. Oleh sebab itu, tidak heran jika pada orang obesitas akan ditemukan kadar leptin yang meningkat.

Kabar tak baiknya, leptin yang meningkat bukan berarti kita akan mudah kenyang. Karena sebaliknya, leptin yang diproduksi dalam jumlah yang berlebihan justru akan membuat tubuh terutama otak menjadi tidak peka. Adalah resistensi leptin, yang sering terjadi pada orang dengan obesitas. Di mana dalam kondisi ini, tubuh tidak lagi peka dan mengenali leptin yang beredar sehingga tidak tahu lagi kapan harus berhenti makan. Otak akan mengganggapnya sebagai kondisi kelaparan, dan menyuruh terus makan. Kondisi inilah yang makin memperparah orang dengan obesitas.

Idealnya, kadar ghrelin dan leptin adalah sama. Kita bisa mengaturnya dengan makan sebelum lapar dan berhenti sebelum kenyang. Jika sebagai mahasiswa kita beranggapan lebih membutuhkan Ghrelin, tetapi perlu kita ingat bahwa tubuh kita juga memerlukan asupan energi yang cukup. Dan dibutuhkannya leptin untuk menekan jumlah asupan makanan agar kita terhindar dari obesitas.

Posting Komentar

 
Back To Top